Toh, masih banyak konflik di pemerintah yang harus difikirkan. Atau kerana sudah tidak ada lagi bakat penulis zaman dulu di waktu sekarang, dan cerpen itu harus tetap termuat untuk menjaga eksistensi.
Mungkin saja ini karena seleraku yang terlalu tinggi di masa yang serba instan, serba mudah dan tidak mau riweh. Apalagi hanya sekedar urusan sastra.Â
Lalu bagaimana dengan orang terdahulu, bukankah sastrawan termasuk yang ditakuti karena pengaruhnya mengontrol ideologi melalui keindahan seni ? Bukankah itu lebih halus dibanding kata -- kata dari sebuah pidato janji -- janji ?
Sedangkan sekarang, sastra hanya dijadikan hiburan. Kalau tidak untuk ladang meraup keuntungan uang dari beberapa pihak.