Rasanya nyaman melukis bagai sebuah pensil yang sedang bercerita kepada seutas kertas. Tiap goresan tinta dan prosesnya mengalir dengan cara masing-masing yang bisa saling berbeda. Tak ada yang benar dan salah dalam menyampaikan perihal personal.
Warna yang tidak tercampur rapi, goresan yang tebal dan tipis tak terkendali, atau objek yang asimetris rasanya tidak mengganggu sama sekali. Kanvas ini menjadi arsip pribadi yang punya cerita dari dalam diri. Bagaikan sedang menulis jurnal atau diari. Bedanya, ada kopi pahit yang menemani saya dalam sesi "healing" dan berkreasi di sini dengan pemandangan aktivitas teman-teman yang serupa, interior industrial, dan dekorasi barang-barang antik.
Penalama Coffee, Kentjana Space, dan Suryakencana sangat berkesan. Terpikir untuk mengajak seseorang untuk kembali berkelana ke Penalama. Entah mengapa, saya terpikir mengajak ibu ke sana dan melukis bersama. Walaupun orang tua itu pasti akan mengerutkan alisnya, untuk apa melukis di sebuah tempat makan. Ya... sebagaimana orang tua senang membawa anaknya kepada hal-hal baru, pun saya demikian; senang mengenalkan orang tua kepada hal-hal baru yang terjadi di sekitar saya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI