Iman dan Keadilan Sosial: Menimbang Pengaruh Doktrin Sola Fide dalam Konteks Kemiskinan Struktural NTT
Pendahuluan
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), meskipun dikenal sebagai salah satu wilayah mayoritas Kristen di Indonesia, masih bergulat dengan kenyataan kemiskinan struktural dan korupsi yang mengakar. Ironisnya, kondisi ini hadir di tengah dominasi penghayatan iman yang tinggi. Di sinilah pentingnya telaah teologis yang kontekstual: apakah penghayatan iman Kristen di NTT telah benar-benar bersatu dengan perjuangan sosial? Lebih dalam lagi, apakah terdapat pengaruh laten dari doktrin "sola fide" Protestan terhadap sikap pasif terhadap ketidakadilan struktural?
Doktrin Iman: Sola Fide vs Fides Formata Caritate
Dalam doktrin Reformasi, khususnya dari Martin Luther, keselamatan diperoleh hanya oleh iman (sola fide), tanpa keterlibatan "perbuatan" dalam proses pembenaran. Sementara itu, Gereja Katolik mengajarkan bahwa iman yang menyelamatkan adalah fides formata caritate --- iman yang dibentuk dan dihidupi oleh kasih. Artinya, iman sejati harus menghasilkan transformasi moral, kasih aktif, dan keterlibatan dalam keadilan sosial.
Implikasinya besar: dalam model Katolik, iman selalu mengarah pada keterlibatan sosial. Dalam model sola fide yang tidak dikontekstualisasikan secara tepat, ada risiko iman menjadi pengalaman privat yang tidak menuntut perubahan struktur.
Konteks Sosial-Religius NTT dan Kemiskinan Struktural
NTT adalah provinsi yang kaya akan semangat religius, namun masih dililit masalah korupsi, kemiskinan desa, infrastruktur lemah, dan ketimpangan distribusi sumber daya. Bila masyarakat yang mayoritas Kristen ini memiliki penghayatan iman yang utuh, mengapa keadilan belum menjadi roh struktural?
Sebagian jawabannya bisa jadi bersumber pada cara iman diajarkan dan dihidupi. Bila iman ditekankan sebagai relasi vertikal semata antara individu dan Tuhan, tanpa orientasi sosial yang kuat, maka akan terjadi ketimpangan spiritual: kehidupan liturgis subur, tetapi kemiskinan tetap lestari.
Sola Fide dan Bahaya Iman Privatistik
Doktrin sola fide menekankan bahwa pembenaran manusia tidak tergantung pada perbuatan, melainkan pada iman kepada Kristus. Dalam konteks pastoral yang tidak kritis, ajaran ini dapat dengan mudah dimaknai secara reduktif: "asal saya percaya, saya selamat." Iman lalu menjadi urusan batin semata, bukan perjuangan aktif di dunia.
Dalam masyarakat seperti NTT, hal ini bisa memperkuat mentalitas fatalistik dan pasif: korupsi dianggap sebagai realitas tak terhindarkan; kemiskinan dianggap bagian dari rencana ilahi. Kekristenan pun kehilangan daya profetiknya untuk melawan struktur dosa.
Fides Formata dan Etos Katolik untuk Transformasi Sosial
Sebaliknya, ajaran Katolik menegaskan bahwa iman sejati menuntut aktualisasi dalam kasih. Kasih bukan sekadar tindakan pribadi, tetapi juga dorongan untuk membentuk struktur sosial yang adil. Iman yang dibentuk oleh kasih akan memprotes ketimpangan, mendorong pelayanan, dan membangun komunitas yang solider.
Gereja Katolik di NTT, dengan inspirasinya dari ajaran sosial Gereja, memiliki warisan kuat untuk membela kaum miskin, mendampingi petani, dan memperjuangkan integritas publik. Bila ajaran ini dikembangkan secara kontekstual dan profetik, maka Gereja dapat menjadi kekuatan kultural dan spiritual dalam membongkar struktur ketidakadilan.
Penutup
Kemiskinan struktural di NTT bukan sekadar masalah ekonomi, tetapi juga masalah teologis. Cara iman diajarkan dan dihidupi akan memengaruhi cara orang memandang dunia dan bertindak di dalamnya. Dalam hal ini, doktrin sola fide yang tidak disertai dengan spiritualitas kasih dapat menghasilkan iman yang tidak transformatif. Sebaliknya, fides formata caritate menawarkan jalan iman yang tidak hanya menyelamatkan, tetapi juga membebaskan dan membarui dunia.
NTT membutuhkan penghayatan iman yang menyatu dengan keadilan. Hanya dengan demikian, kekristenan akan menjadi terang dan garam bagi masyarakat yang tengah bergumul ini.
Salve!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI