Dalam masyarakat seperti NTT, hal ini bisa memperkuat mentalitas fatalistik dan pasif: korupsi dianggap sebagai realitas tak terhindarkan; kemiskinan dianggap bagian dari rencana ilahi. Kekristenan pun kehilangan daya profetiknya untuk melawan struktur dosa.
Fides Formata dan Etos Katolik untuk Transformasi Sosial
Sebaliknya, ajaran Katolik menegaskan bahwa iman sejati menuntut aktualisasi dalam kasih. Kasih bukan sekadar tindakan pribadi, tetapi juga dorongan untuk membentuk struktur sosial yang adil. Iman yang dibentuk oleh kasih akan memprotes ketimpangan, mendorong pelayanan, dan membangun komunitas yang solider.
Gereja Katolik di NTT, dengan inspirasinya dari ajaran sosial Gereja, memiliki warisan kuat untuk membela kaum miskin, mendampingi petani, dan memperjuangkan integritas publik. Bila ajaran ini dikembangkan secara kontekstual dan profetik, maka Gereja dapat menjadi kekuatan kultural dan spiritual dalam membongkar struktur ketidakadilan.
Penutup
Kemiskinan struktural di NTT bukan sekadar masalah ekonomi, tetapi juga masalah teologis. Cara iman diajarkan dan dihidupi akan memengaruhi cara orang memandang dunia dan bertindak di dalamnya. Dalam hal ini, doktrin sola fide yang tidak disertai dengan spiritualitas kasih dapat menghasilkan iman yang tidak transformatif. Sebaliknya, fides formata caritate menawarkan jalan iman yang tidak hanya menyelamatkan, tetapi juga membebaskan dan membarui dunia.
NTT membutuhkan penghayatan iman yang menyatu dengan keadilan. Hanya dengan demikian, kekristenan akan menjadi terang dan garam bagi masyarakat yang tengah bergumul ini.
Salve!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI