Mohon tunggu...
temali asih
temali asih Mohon Tunggu... Guru -

berbagi dan mengasihi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cium] The Last Kiss

16 Maret 2019   17:42 Diperbarui: 19 Maret 2019   05:01 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pinterest.com

Liliana memang lihai memainkan sandiwara menjadi seorang gadis rapuh yang butuh pertolongan seorang ksatria.

Ya, aku masih ingat saat ia menangis sesegukan dalam pelukanmu, Sam. Semuanya diatur begitu sempurna. Kau jatuh iba. Kau bahkan tak menolak perjodohanmu dengannya.

Ya, aku tahu, keluargamu banyak berhutang budi pada keluarganya dan kau harus hadir menjadi seorang dewa penolong.

Kau takkan pernah tahu, bagaimana perasaanku padanya saat ini, Sam. Aku bodoh, selalu mengalah dan mengalah. Liliana bukan sahabatku. Ia duri dalam daging bagiku.

Kupikir sudah saatnya membuka rahasia kecil tentang aku dan Sam pada Liliana juga pada dunia.

"Sam, ada yang ingin kusampaikan sebelum kau pulang menemui Liliana," ujarku dengan nada tenang setelah berulang kali menarik nafas panjang untuk meredam hasrat bercinta dengannya.

Aku tahu betul bila Sam melihatku menarikan tarian Kamasutra, tak sampai hitungan sepuluh gerakan, Sam akan kehilangan kendali. Ia akan memagutku erat. Selanjutnya tubuh Sam dipenuhi dengan peluh, berkumpul di dada bidangnya yang berbulu membuat dirinya terlihat semakin jantan.

Tak percuma rasanya kupelajari Serat Chentini yang sangat dahsyat. Lebih kuat dan lebih dalam dari Bab Percintaan Kamasutra India. Sebelum genap Asmaragama yang menghentak, aku menikmati betul setiap gerakan Asmara Tantra. Apalagi bila ciuman ala French Kiss disodorkan oleh Sam. Gairahku mendekati puncak.

Sam mengenggam tanganku lembut. Aku tahu ia sedang menanti kata-kataku selanjutnya. Itulah salah satu sikap yang sangat kupuja dari Sam. Setiap ucapan yang kulontarkan hampir tak ada yang sia-sia. Sam mengingatnya dengan baik. Kalau aku berkata untuk sebuah pinta, ia akan mengabulkannya segera.

Matanya menatapku dengan rasa penasaran. Kudengar helaan nafasnya yang memburu sedikit demi sedikit diaturnya agar bisa berkonsentrasi terhadap perbincangan kami.

Kudekatkan mulutku hingga menempel di daun telinga kiri Sam. Telinga kirinya paling sensitif. Belum sempat aku membuka mulut, cuping hidung Sam yang mancung bergerak-gerak tanda dirinya masih sangat terangsang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun