Mohon tunggu...
teguh wiyono
teguh wiyono Mohon Tunggu... Guru - guru SMAN 1 Losari dan hypnotherapist

Guru SMA lulusan Bahasa dan Sastra Jawa UNS sebelas maret surakarta. Mendapat gelar dari Kraton Surakarta Bupati Anom Raden Tumenggung Wiyono Hadipuro.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dongeng sebagai Penghantar Pesan Moral

19 April 2020   15:39 Diperbarui: 19 April 2020   15:40 5449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok.sabdo_palon.com

Ketika kita kecil dahulu sering orang tua kita bercerita tentang sebuah dongeng terutama ketika kita hendak pergi tidur. Cerita dongeng tersebut misalnya kancil yang cerdik, kucing dengan macan, atau ayam jantan dan seeokor kambing. Cerita itu sering diceritakan oleh orang tua kita sehingga tertanam dalam pikiran kita. 

Orang tua kita tidaklah sembarangan dalam bercerita. Tidak asal mencomot cerita kemudian diberikan pada kita, akan tetapi sudah dipikirkannya masak-masak. Ketika orang tua kita bercerita disisipkannya pesan moral, atau memang dalam cerita itu tertanam pesan moral agar kita selalu mengingatnya.

Dongeng adalah bagian dari folklore

Dongeng yang diceritakan orang tua kita sebelum tidur adalah bagian dari folklore. Folklore sendiri bermakna  : Sebuah karya sastra lisan yang tersebar secara lisan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi. Cerita itu menjadi milik dari masyarakat tersebut secara umum dan tidak diketahui siapa yang menciptakannya. 

Kita hanya mendapat cerita itu dari warisan orang terdahulu yang tidak ada bukti tertulis, hanya lisan. Jika ada orang yang bertanya cerita itu dari mana? maka siapapun tidak akan bisa menjawab, karena cerita itu turun temurun sudah berlangsung sangat lama.

Contoh adalah cerita kancil. Cerita kancil sudah ada jauh sebelum kerajaan Mataram berdiri tahun 1500 sudah ada cerita kancil. Beredar populer pada masyarakat sepanjang bengawan Solo. Karena populernya cerita kancil waktu itu maka kemudian dibuat kitab tertulis menggunakan aksara Jawa dengan judul Cariyos Kancil. Kitab itu sekarang ada di museum Radyapustaka.

Sebagai ciri dari folklore maka cerita tersebut bersifat anonim yaitu tidak diketahui pengarangnya. Cerita itu menjadi milik dari kolektif masyarakat tersebut.

Cerita itu penyebarannya dilakukan secara tradisional dalam bentuk relatif tetap. Sebagai contoh dalam budaya Jawa atau Melayu cerita itu dilakukan oleh seorang penutur kepada anak-anak secara tradisional. Hal ini memungkinkan cerita itu menjadi banyak jenisnya, banyak versinya, banyak macamnya. Bahkan ada yang ditambahi atau dikurangi.

Pesan moral yang terkandung dalam dongeng

Orang tua kita tidaklah sembarangan dalam bercerita, tidaklah asal mengambil cerita, namun memiliki tujuan tertentu yang disematkan dalam cerita. Kadang disela-sela bercerita orang tua kita memberi nasihat pada kita tentang sopan santun, etika, atau mengenai budi pekerti luhur yang harus kita miliki sebagai bekal nanti mengarungi kehidupan yang luas.

Didalam cerita itu disisipkan sebuah pesan moral agar kita selalu mengingatnya atas perbuatan kita. Sebagai contoh kalau bertemu dengan orang yang lebih tua, seperti kakek, atau guru kita di jalan maka kita harus memberi salam dan harus selalu sopan dalam perbuatan maupun berbicara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun