Mohon tunggu...
teguh wiyono
teguh wiyono Mohon Tunggu... guru SMAN 1 Losari dan hypnotherapist

Guru SMA lulusan Bahasa dan Sastra Jawa UNS sebelas maret surakarta. Mendapat gelar dari Kraton Surakarta Bupati Anom Raden Tumenggung Wiyono Hadipuro.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kini Tidak Sebatang Kara Lagi

10 April 2020   18:13 Diperbarui: 10 April 2020   18:11 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usianya belum cukup untuk dibilang remaja. Ya dia masih anak-anak yang kini hidup sebatang kara. Ayahnya telah pergi meninggalkan dia beberapa waktu yang lalu dan disusul kepergian ibunya untuk selama-lamanya. Kedua orang tua kesayangannya yang selama ini melindunginya dan memberinya sesuap nasi sudah pergi.

Tak ada tempat untuk bermanja-manja lagi, tak ada belaian lembut penuh kasih sayang. Semua sirna seperti embun pagi. Kini dia tinggal sendiri di sebuah rumah kecil peninggalan orang tuanya. Semua tampak tidak terawat. Hanya sebuah foto keluarga yang masih terpampang dan berselimut debu.

"Nak, kamu sudah makan?", Tanya mak Ijah 

"Belum nek....", jawab Anton

"Ini nenek bawa nasi bungkus, ayo makanlah", Mak Ijah mengeluarkan sebungkus nasi dari kresek hitam.

Tanpa menjawab Anton langsung menerima dan memakannya dengan lahap. Sudah sejak pagi dia belum makan. Dia masih terlalu muda untuk bekerja, masih anak-anak yang perlu asuhan orang tua. 

Tetangganya seakan tertutup matanya. Jarang orang yang memberi makan. Namun kini ada Mak Ijah seorang nenek tua yang tidak punya anak. Dia hidup sebatang kara. Untuk mencukupi hidupnya dia berjualan di pasar dari sebuah ladang yang tak jauh dari rumahnya. Masih ada sebuah ladang yang bisa membuatnya untuk sekedar makan. 

Dua orang itu kini menjadi pasangan yang serasi. Sejak saat itu secara tidak sengaja Anton menjadi teman Mak Ijah. Teman dalam mengarungi sisa hidup ini. Entah apa yang terjadi nanti, itu dipikir belakangan. Yang penting sekarang ada teman yang senasib. Kadang Anton ikut Mak Ijah dan pula kadang Mak Ijah menemani Anton.

"Mak Ijah kemarin aku cari di rumah mggak ada, aku butuh daun pisang Mak", tanya Ani tetangganya.

"Aku di rumah Anton, tak tega aku melihatnya. Aku menemaninya tidur", jawab Mak Ijah.

"Nggak dibawa ke sini saja nek?" tanya Ani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun