Mohon tunggu...
teguh wiyono
teguh wiyono Mohon Tunggu... Guru - guru SMAN 1 Losari dan hypnotherapist

Guru SMA lulusan Bahasa dan Sastra Jawa UNS sebelas maret surakarta. Mendapat gelar dari Kraton Surakarta Bupati Anom Raden Tumenggung Wiyono Hadipuro.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebenaran akan Tetap Menjadi Kebenaran Walau Dibungkus dengan Kotoran

8 April 2020   16:47 Diperbarui: 8 April 2020   16:46 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jaman selalu berubah, seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih. Semua yang ada di sekitar kita mengalami perubahan. Semua kemajuan teknologi itu adalah dari buah ide pikiran dan gagasan manusia. Pikiran lah yang membuat semua itu terjadi. 

Begitu pula dengan budaya kita, adat istiadat, tata krama, dan budi pekerti, adalah hasil dari pikiran dan hati manusia yang selalu mencari kebenaran dan keseimbangan dengan alam dan lingkungannya.

Namun apapun zamannya yang namanya kebenaran akan tetap menjadi sebuah kebenaran. Kebenaran tidak akan pernah berubah. Mempunyai nilai-nilai yang hakiki dan tetap dianut dalam budaya manusia sepanjang zaman. 

Berbeda apabila karena sebuah kepentingan pribadi kemudian pikiran manusia kemudian mencari cara agar sesuatu yang salah menjadi abu-abu. Sesuatu yang benar kemudian berubah menjadi salah. Itu namanya akal-akalan. 

Hal itu terjadi karena sebuah kemampuan atau kekuasaan yang memungkinkan memaksa semua bisa terjadi. Namun hakikatnya disembunyikan atau tidak, setiap manusia mempunyai nurani yang dapat membedakan kebenaran atau kesalahan walaupun disembunyikan di lubang semut. 

Hati nurani adalah bawaan manusia, anugerah dari Yang Maha Kuasa yang tidak bisa dipungkiri. Banyak teori tentang kebenaran, dari mulai teori corespondence sampai dengan teori pragmatisme, namun disini saya membahas kebenaran dalam pandangan agama atau religius. 

Kebenaran tidaklah diukur dari logika dan kemauan individu namun hakikatnya adalah obyektif universal sesuai dengan wahyu Illahi yang termaktub dalam kitab-kitab suci.

Kebenaran tidak akan pernah bisa berubah menjadi sebuah kesalahan, dan lesalahan tidak akan pernah bisa menjadi kebenaran walaupun dibungkus dengan emas. Ini terdapat dalam teori Goebbels.

Paul Joseph Goebbels dia adalah Menteri Penerangan dan Propaganda Nazi, merupakan kaki tangan Adolf Hitler untuk meluaskan kekuasaannya. Dia adalah orang yang sangat ahli dan berpengalaman dalam urusan propaganda.  Konsep propagandanya yang populer adalah Argentum ad Nausem, teknik Big Lie yaitu Kebohongan Besar. 

Dia menyebarkan berita bohong melalui media massa, koran, atau TV dengan gencar hingga akhirnya kebohongan tersebut dianggap menjadi kebenaran. Akhirnya orang-orang mengakui kebohongan tersebut menjadi kebenaran hanya karena terpaksa dan takut akan kekejaman Hitler. 

Dalam hati tetap tidak bisa mengakui kebohongan itu adalah kebenaran. Konsep dasar kebenaran sudah ditanamkan sejak lama dalam hati melalui agama, apapun agama itu. Sehingga menjadi sesuatu yang haq.

Begitulah pendapat Goebbels, namun pendapat itu terkesan sangat dipaksakan demi kepentingan politik waktu itu. Yang namanya kebenaran apapun itu walaupun dibungkus oleh kotoran sekalipun akan tetap menjadi kebenaran karena kebenaran itu tidak bisa dilogika. Kebenaran hanya bisa dirasakan oleb hati nurani. 

Kebenaran sebagai pondasi dasar dalam agama, dalam wahyu Illahi yang disematkan dalam kitab suci. Kebenaran adalah harga mati yang tidak bisa ditawar lagi. 

KBC-50

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun