Jakarta, 20 Juli 2025 -- Car Free Day (CFD) Sudirman-Thamrin, Jakarta, Minggu pagi, mendadak berubah jadi arena seru-seruan. Ratusan warga, dari anak-anak hingga orang tua, larut dalam keceriaan bermain egrang, gobak sodor, congklak, hingga workshop layangan dan masih banyak lainnya.
Kegiatan kolaborasi yang dihadiri oleh antara Alumni SMA Jakarta Bersatu (ASJB) bersama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Kebudayaan, Kementerian Agama dan Kemendikdasmen (Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah). serta Instansi lainnya untuk menyambut Hari Anak Nasional 2025. Dengan tema "Anak Indonesia Bersaudara", acara ini mengajak masyarakat mengenal kembali permainan tradisional yang mulai jarang terlihat.
Permainan tradisional bukan sekadar nostalgia. Ini adalah warisan budaya yang penuh nilai kebersamaan, sportivitas, dan kreativitas. Di era dominasi gawai, anak-anak perlu ruang bermain yang menyehatkan fisik dan mental. Dan kegiatan ini juga sejalan dengan kampanye penanaman nilai Pancasila sejak dini.
Permainan tradisional mengajarkan gotong royong, kejujuran, dan kebersamaan dengan cara menyenangkan. Anak-anak belajar karakter tanpa merasa digurui.
Banyak peserta yang ikut merasa senang bisa terlibat. Sinta (34), warga Jakarta Selatan yang datang bersama dua anaknya, mengatakan acara ini membuat anak-anaknya merasakan pengalaman baru.
"Biasanya mereka mainnya cuma gadget. Hari ini mereka lari-larian, ketawa-ketawa, bahkan berani coba egrang. Rasanya kayak balik ke masa kecil saya dulu," ujarnya sambil tertawa.
Rizky (10), salah satu peserta anak-anak, juga mengaku senang bisa mencoba permainan yang baru ia kenal.
"Seru banget! Aku baru pertama kali main gobak sodor, ternyata capek tapi asyik. Lebih seru dari main game di HP," katanya.
Selain permainan, acara ini juga menghadirkan kuis berhadiah, dan edukasi budaya. Banyak orang tua terlihat ikut bermain bersama anak-anak mereka, menciptakan suasana akrab dan penuh tawa.
Melestarikan permainan tradisional bukan hanya mengenang masa lalu, tapi mewariskan karakter, kesehatan, dan kebahagiaan untuk generasi mendatang. Bagaimana agar permainan tradisional bisa kembali hadir dalam kehidupan sehari-hari, tak hanya di acara khusus?.