Mohon tunggu...
Teguh Prasetiyo
Teguh Prasetiyo Mohon Tunggu... MAHASISWA SOSIOLOGI

Studying Sociology | Menulis | Research

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Pengobatan Kerokan dalam Budaya Masyarakat Jawa

13 Agustus 2025   09:17 Diperbarui: 13 Agustus 2025   09:17 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

C. Makna dan simbol

Bagi masyarakat Jawa, kerokan tidak hanya dipandang sebagai tindakan fisik untuk menghilangkan masuk angin. Dengan tradisi ini memiliki makna untuk membersihkan tubuh dari unsur yang mengganggu keseimbangan kesehatan. Selain itu, saat kerokan yang dilakukan oleh anggota keluarga atau tetangga, terjalin interaksi yang menumbuhkan rasa kebersamaan dan perhatian satu sama lain. Sentuhan tangan dan kehangatan suasana menjadi simbol kepedulian di tengah kehidupan yang kadang terasa individualistis. Kerokan dengan demikian bukan hanya soal kesehatan, tetapi juga tentang hubungan emosional yang terjaga.

D. Perspektif Sosial dan Budaya

Kerokan menjadi salah satu elemen identitas budaya Jawa yang mudah dikenali, bahkan oleh masyarakat luar daerah. Dengan aktivitas ini sering dilakukan dalam suasana santai, sambil berbincang atau bercanda, sehingga menciptakan ruang untuk mempererat hubungan sosial. Selain itu, banyak desa di wilayah Jawa menjadikan kerokan sebagai momen yang mempertemukan tetangga dan kerabat, memperkuat ikatan yang sudah ada. Tradisi ini juga mencerminkan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya sederhana untuk kebutuhan kesehatan. Keberlanjutan kerokan menandakan kuatnya peran budaya dalam membentuk pola hidup masyarakat.

E. Perubahan di Era Modern

Di tengah berkembangnya layanan kesehatan modern, pandangan generasi muda terhadap kerokan bervariasi. Dengan ada sebagian masih mempraktikkannya karena merasa manfaatnya nyata, sementara yang lain mulai beralih pada metode pengobatan medis. Meski demikian, kerokan tetap bertahan karena dianggap sebagai bagian dari identitas dan warisan keluarga. Media sosial bahkan harus turut mempopulerkan tradisi ini dengan membagikan konten pengalaman kerokan yang unik atau lucu. Keberadaan kerokan di era sekarang menunjukkan kemampuan tradisi ini untuk beradaptasi sambil mempertahankan inti yang diwariskan dari masa lalu.

Penutup

Kerokan bukan hanya cara sederhana untuk meredakan masuk angin, tetapi juga cerminan nilai sosial dan budaya yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Jawa. Dengan di balik setiap tarikan koin pada kulit, tersimpan cerita kebersamaan, kepedulian, dan kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi. Selain itu, memahami tradisi ini berarti menghargai cara hidup yang membentuk identitas dan harmoni sosial. Meski kemajuan ilmu kesehatan modern menawarkan banyak pilihan, kerokan tetap memiliki tempat khusus di hati sebagian masyarakat. Generasi sekarang dapat memandangnya sebagai warisan yang layak dikenali, bukan sekadar praktik kuno yang ditinggalkan. Menggabungkan penghormatan terhadap tradisi dengan pengetahuan medis akan menciptakan keseimbangan antara kearifan masa lalu dan kebutuhan zaman sekarang. Dengan begitu, kerokan dapat terus hidup sebagai bagian dari cerita budaya yang menyatukan dan memperkaya kehidupan bersama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun