Mohon tunggu...
Teguh Prasetiyo
Teguh Prasetiyo Mohon Tunggu... MAHASISWA SOSIOLOGI

Studying Sociology | Menulis | Research

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Fenomena Angka Kembar yang Membentuk Budaya Belanja Online di Shopee

30 Juli 2025   15:02 Diperbarui: 30 Juli 2025   15:02 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fenomena Angka Kembar dengan Belanja Online di Shopee (Sumber: https: finance.detik.com)

Pendahuluan

Pernahkah merasa tergoda berbelanja saat mengetahui angka 11.11 atau 12.12 di Shopee. Fenomena ini bukanlah kebetulan semata, melainkan bagian dari strategi pemasaran yang sangat cermat dan terstruktur. Di era digital saat ini, angka kembar pada tanggal dan bulan menjadi lebih dari sekadar penanda waktu, tetapi menjelma menjadi simbol diskon besar-besaran yang dinantikan konsumen. Bahkan, bulan bertanggal kembar ini telah menjelma menjadi semacam hari raya belanja dalam budaya digital.

Secara global, konsep belanja di tanggal kembar seperti 11.11 berawal dari Singles' Day yang dipopulerkan oleh Alibaba di Tiongkok. Awalnya hanya bentuk ekspresi para lajang, hari itu berubah menjadi pesta diskon daring terbesar di dunia. Keberhasilannya menarik perhatian banyak perusahaan e-commerce, termasuk Shopee, yang kemudian mengadopsinya dan menyesuaikan dengan pasar Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri, Shopee memanfaatkan momentum ini secara konsisten, bahkan memperluasnya menjadi agenda bulanan dari 1.1 hingga 12.12. Strategi ini terbukti efektif dalam mendorong keterlibatan pengguna dan meningkatkan pembelian dalam waktu singkat (Rahayu & Rakhmawati, 2024).

Bukan hanya strategi promosi biasa, angkah kembar ini lambat laun menjelma menjadi fenomena sosial yang memengaruhi cara masyarakat berbelanja. Generasi muda, khususnya, menjadi kelompok yang paling mudah terpengaruh. Banyak dari mereka membeli bukan karena butuh, tapi karena terbujuk diskon besar dan waktu promosi yang terbatas. Dalam konteks ini, angka kembar menjadi semacam alarm bersama yang menciptakan rasa mendesak dan takut ketinggalan. Hal ini mendorong banyak konsumen melakukan pembelian secara impulsif, yang kemudian menjadi bagian dari kebiasaan digital mereka (Maharani & Dartanala, 2022).

Fenomena ini tidak hanya mencerminkan keberhasilan strategi pemasaran digital, tetapi juga menunjukkan bagaimana simbol-simbol angka mampu membentuk budaya baru dalam konsumsi masyarakat. Amelia (2025) menjelaskan bahwa fenomena Fear of Missing Out (FOMO) menjadi salah satu faktor dominan yang mendorong masyarakat untuk tidak melewatkan promosi di tanggal kembar. Selain itu, efeknya diperkuat dengan penggunaan live shopping dan countdown timer yang menciptakan situasi mendesak dalam bertransaksi.

Selain itu, Rosanti (2024) menjelaskan bahwa digital marketing Shopee dengan memanfaatkan tanggal dan bulan kembar memiliki kekuatan cerita yang kuat dalam membentuk persepsi konsumen. Strategi ini tidak hanya mengandalkan harga diskon, tetapi juga membangun ekspektasi emosional yang terhubung dengan ritual belanja di setiap bulan. Dalam hal ini, angka kembar tidak lagi semata menjadi pemicu ekonomi, tetapi juga penanda budaya digital yang berulang dan dirayakan.

Artikel ini bertujuan untuk memahami bagaimana angka kembar dalam promosi Shopee tidak hanya menjadi taktik pemasaran sesaat, tetapi berkembang menjadi gejala sosial yang memengaruhi gaya hidup, kecenderungan konsumsi, dan membentuk semacam budaya belanja daring di tengah masyarakat digital. Sedangkan, dalam perspektif sosiologi melihat bahwa di balik kejutan flash sale dan voucher diskon, terdapat dinamika sosial yang layak dikaji secara lebih mendalam.

Isi dan pembahasan

1. Strategi Marketing Angka Kembar

Fenomena angka kembar dalam dunia belanja daring sejatinya bermula dari Tiongkok melalui perayaan Singles' Day atau Hari Jomblo yang jatuh pada tanggal 11 November (11.11). Awalnya hari ini hanya sekadar bentuk perayaan sosial oleh kalangan muda, namun pada tahun 2009 Alibaba mengubahnya menjadi pesta diskon raksasa yang sukses besar. Sejak saat itu, angka kembar mulai dimanfaatkan sebagai momen promosi yang luar biasa efektif dalam mendongkrak penjualan.

Shopee sebagai salah satu pemain besar di pasar Asia Tenggara, cepat menangkap potensi strategi ini dan mengadaptasinya ke dalam konteks lokal. Tidak hanya berhenti di 11.11, Shopee secara rutin mengadakan kampanye belanja pada tanggal dan bulan kembar dari 1.1 hingga 12.12. Angka tersebut digunakan secara masif dan konsisten dalam berbagai materi promosi yang mudah dikenali dan ditunggu oleh konsumen.

Daya tarik angka kembar bukan hanya soal diskon, tetapi juga karena kesannya yang unik dan mudah diingat. Dengan kombinasi angka yang sama menciptakan kesan spesial atau momentum penting yang membuat konsumen merasa sedang menghadapi sesuatu yang tidak boleh dilewatkan. Hal ini menstimulasi rasa penasaran sekaligus memberi bayangan yang kuat. Dalam dunia pemasaran, efek semacam ini disebut sebagai daya tarik yang bisa memengaruhi persepsi konsumen secara bawah sadar.

Tidak heran jika setiap angka kembar kini seolah menjadi bulan dan tanggal sakral dalam kalender belanja masyarakat digital. Shopee tidak hanya menjual barang, tapi juga menciptakan pengalaman. Dari countdown promosi hingga voucher waktu terbatas, semua dibalut dalam cerita angka kembar yang menjanjikan lebih dari sekadar transaksi tapi juga partisipasi dalam perayaan digital bersama.

2. Fenomena Sosial dan Budaya Konsumtif Baru

Dengan seiring waktu, belanja pada angka kembar berkembang menjadi semacam ritual digital yang dinanti-nanti setiap bulannya. Bagi sebagian orang, bukan hanya isi keranjang yang penting, tetapi sensasi mengikuti perburuan diskon bersama jutaan pengguna lainnya. Angka seperti 1.1 menjadi momen ketika notifikasi Shopee tidak henti berdentang, dan media sosial penuh dengan unggahan checkout massal.

Fear of Missing Out (FOMO) menjadi salah satu kekuatan besar di balik budaya ini. Banyak orang merasa khawatir akan ketinggalan promo terbaik jika tidak ikut serta dalam gelombang belanja ini. Bahkan diskusi seputar keranjang belanja siapa yang paling hemat atau siapa yang paling cepat checkout sebelum barang habis menjadi bagian dari dinamika sosial di komunitas daring.

Budaya konsumtif baru ini terbentuk melalui berbagai interaksi sosial, baik langsung maupun lewat media. Dengan norma baru juga muncul yang ikut event angka kembar dianggap sebagai bagian dari gaya hidup digital kekinian. Bahkan, memilih untuk tidak berbelanja pada tanggal dan bulan kembar itu bisa membuat seseorang merasa tertinggal di lingkungan sosialnya.

Dalam perspektif sosiologi konsumen, ini menunjukkan bagaimana sebuah praktik ekonomi dapat bertransformasi menjadi pola budaya. Shopee berhasil memadukan strategi pemasaran dengan mekanisme sosial yang membentuk kebiasaan kolektif. Belanja tidak lagi semata soal kebutuhan, tetapi telah menjadi ekspresi identitas, validasi sosial, dan gaya hidup.

3. Peran Komunitas dan Media Sosial

Media sosial memainkan peran penting dalam menyebarkan dan memperkuat budaya belanja angka kembar. Dengan platform seperti TikTok, Instagram, dan Shopee Live menjadi panggung utama bagi para pengguna untuk berbagi review, melakukan unboxing, hingga memberi rekomendasi produk. Di sinilah opini masyarakat terbentuk dan menyebar secara cepat dari sebuah sistem interaktif yang memperkuat keinginan konsumsi.

Influencer dan kreator konten menjadi ujung tombak dari kampanye promosi angka kembar. Mereka tidak hanya mengiklankan produk, tapi juga membentuk cerita emosional yang dekat dengan keseharian audiensnya. Ketika seorang influencer membagikan konten sementara 1.1 atau keranjang racun 12.12, audiens bukan hanya tergoda, tapi juga merasa menjadi bagian dari komunitas yang sama.

Belanja juga berubah dari aktivitas individual menjadi kegiatan sosial. Konsep seperti checkout bareng teman, membuat daftar keinginan bersama, atau menunggu flash sale sambil live chat menunjukkan bahwa konsumsi digital kini melibatkan dimensi sosial yang kuat. Bahkan ada yang menyamakan momen angka kembar ini dengan nobar konser, hanya saja panggungnya menjadi keranjang belanja.

Fenomena ini memperlihatkan bahwa belanja online telah menjadi medium ekspresi diri dan penguatan relasi sosial. Momen checkout juga bukan lagi soal barang yang dibeli, melainkan pengalaman sosial yang menyertainya. Dalam hal ini Shopee tidak hanya menjadi platform transaksi, tetapi juga arena interaksi sosial digital yang hidup.

4. Dampak Sosial dan Budaya

Di balik maraknya diskon dan flash sale, tersembunyi perubahan gaya hidup yang menarik untuk diamati. Dengan belanja tidak lagi terbatas pada pemenuhan kebutuhan dasar, tetapi telah bergeser menjadi aktivitas untuk mengejar momen, eksistensi, bahkan pelarian sesaat dari rutinitas. Angka kembar menjadi penanda waktu bagi masyarakat urban untuk merayakan diri melalui konsumsi.

Konsumerisme digital ini melahirkan semacam budaya flash sale yang penuh dengan kebahagiaan dan tekanan. Dengan dalam waktu singkat, pengguna harus memutuskan apakah akan membeli atau kehilangan kesempatan. Situasi ini seringkali mendorong pembelian spontan yang pada akhirnya menumpuk sebagai keranjang penyesalan di kemudian hari. Namun menariknya, sebagian besar konsumen tetap menantikan momen tersebut setiap bulan dengan antusias.

Fenomena ini bisa dilihat sebagai bagian dari transisi budaya belanja jangka panjang. Dari pasar tradisional ke mal, dan kini ke pasar digital yang cair dan cepat berubah. Angka kembar menjadi simbol dari era baru di mana kecepatan, visualisasi, dan interaktivitas menjadi kunci dalam membentuk perilaku konsumen. Hal ini bukan hanya tren musiman, melainkan refleksi dari dunia yang makin terhubung dan terdigitalisasi.

Dengan kata lain, budaya belanja angka kembar mencerminkan perubahan mendalam dalam cara kita memaknai waktu, kebutuhan, dan hubungan sosial. Shopee hanya salah satu pemain, tapi dampaknya telah menjalar hingga ke cara kita merencanakan gaji bulanan, mengatur notifikasi ponsel, hingga berbicara dengan teman. Budaya ini tumbuh bukan karena paksaan, tapi karena keterlibatan emosional yang berhasil dibangun secara konsisten dari waktu ke waktu.

Penutup

Fenomena angka kembar dalam belanja online Shopee bukan lagi sekadar gimmick pemasaran, melainkan telah menjelma menjadi bagian dari nudaya digital masyarakat modern. Dengan di balik tampilan diskon besar-besaran dan countdown flash sale, tersembunyi dinamika sosial yang memperlihatkan bagaimana teknologi, angka, dan interaksi digital saling terjalin membentuk kebiasaan baru. Dari sekadar tanggal promosi, angka kembar kini menjadi simbol waktu yang ditunggu-tunggu, bahkan dirayakan, oleh jutaan pengguna. Budaya ini bukan hanya mencerminkan perubahan cara berbelanja, tetapi juga menunjukkan munculnya norma baru, solidaritas digital, dan pola konsumsi berbasis momen bersama. Masyarakat tidak hanya menjadi konsumen pasif, tetapi juga aktor aktif dalam merayakan dan menyebarkan budaya belanja ini lewat media sosial dan komunitas daring. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tidak semata memandang fenomena ini dari kacamata ekonomi sempit, tetapi juga sebagai cerminan dari evolusi budaya masyarakat yang kian terdigitalisasi. Oleh karena itu, di balik promo dan voucher tersembunyi kisah tentang bagaimana masyarakat modern membentuk makna, kebiasaan, dan relasi sosial baru di era platform modern.

Daftar Pustaka

Amelia, A. R. (2025). Pengaruh tanggal kembar dan Fear of Missing Out (FOMO) terhadap minat beli dengan scarcity sebagai variabel moderasi: Studi pada pengguna Shopee generasi Z di Kota Malang (Skripsi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang). UIN Malang Repository. http://etheses.uin-malang.ac.id/77699/2/210501110248.pdf

Maharani, T. R., & Dartanala, M. A. (2022, Mei). Keputusan pembelian pada promo tanggal kembar platform e-commerce Shopee. Dalam Prosiding Seminar Nasional Ilmu-Ilmu Sosial (SNIIS) (pp. 30--37). Universitas Negeri Surabaya. https://proceeding.unesa.ac.id/index.php/sniis/article/download/123/108

Rahayu, N., & Rakhmawati, D. (2024). Pengaruh live streamer dan promo tanggal kembar terhadap impulsive buying: Studi kasus pengguna e-commerce Shopee di Kota Mataram. Jurnal Ganec Swara, 18(1), 12--20. https://pdfs.semanticscholar.org/4ca8/f8760bee90eacdc686370ac9917d5eded42d.pdf

Rosanti, M. (2024). Pengaruh digital marketing terhadap keputusan pembelian produk pada e-commerce Shopee: Studi kasus mahasiswa STIA Tabalong (Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Tabalong). STIA Tabalong Repository. http://repository.stiatabalong.ac.id/id/eprint/111/1/Meisa%20Rosanti%20220632111086.pdf

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun