Mohon tunggu...
Teguh Prasetiyo
Teguh Prasetiyo Mohon Tunggu... MAHASISWA SOSIOLOGI

Studying Sociology | Menulis | Research

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Mengenal Wingko Babat Khas Lamongan

27 Juli 2025   11:18 Diperbarui: 28 Juli 2025   10:28 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wingko Babat Lamongan (Sumber: https: www.metrojambi.com)

Pendahuluan

Di sepanjang jalur pantura Babat Lamongan tercium aroma kelapa panggang seringkali menyambut para pelintas jalan. Di kios-kios yang sederhana terdapat kue bulat berwarna kecokelatan itu tampak tersusun rapi. Begitulah Wingko Babat yang disajikan hangat dan menggoda. Kue berbahan dasar kelapa ini memang tampak biasa, tapi setiap gigitannya menyimpan rasa nostalgia yang mendalam. Sudah tidak heran banyak orang bilang bahwa Wingko Babat bukan sekadar makanan, melainkan kenangan yang tersimpan dalam setiap santapan.

Di tengah globalisasi yang terus membawa gelombang makanan cepat saji dan tren makanan instan dari berbagai negara. Dengan makanan yang mudah hadir di depan mata, menawarkan kepraktisan dan tren kekinian. Namun di tengah itu semua, makanan tradisional malah menghadapi tantangan untuk tetap bertahan. Sholikhah dan Nurlaela (2013) menjelaskan tentang kuliner seperti Wingko Babat memiliki nilai budaya dan ekonomi yang besar jika dikelola dengan baik. Karena itu, mempertahankan dan mengenalkan makanan tradisional Wingko Babat menjadi bagian penting dengan tidak hanya untuk pelestarian budaya, tetapi juga menjadi bagian menjaga identitas daerah.

Meskipun selama ini Wingko Babat secara umum dikenal sebagai oleh-oleh khas Semarang. Namun tidak banyak yang tahu bahwa kue ini sebenarnya berasal dari Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan. Menurut Wahyuni et al., (2025) menjelaskan bahwa Lamongan memiliki pusat produksi Wingko yang aktif dan terus berkembang hingga saat ini. Cita rasanya yang berbeda dari daerah lain karena bahan dan teknik pengolahannya yang khas. Dalam catatan sejarah, industri Wingko di Lamongan sudah muncul sejak zaman kolonial dan berkembang lewat tangan keluarga peranakan Tionghoa yang tinggal di daerah tersebut (Saraswati, 2021).

Meskipun begitu, identitas kuliner khas Lamongan ini belum banyak dikenal di luar daerah. Sebenarnya Wingko Babat dari Lamongan punya keunikan tersendiri. Yaskun et al., (2019) menyebutkan bahwa perbedaan itu bisa dilihat dari cara pemanggangan, tekstur kue yang lebih lembut, dan rasa kelapa yang lebih kuat. Karakter ini menjadikannya bukan hanya sekadar oleh-oleh, tapi juga simbol lokal yang pantas dipromosikan lebih luas. Kuliner dalam hal ini menjadi jendela untuk mengenal budaya dan nilai-nilai kehidupan masyarakat setempat.

Artikel ini bertujuan untuk mengajak pembaca mengenal lebih dekat Wingko Babat khas Lamongan. Mulai dari sejarah, proses pembuatannya, hingga nilai budaya yang melekat pada kue ini. Agustinningrum dan Sukarman (2024) menegaskan bahwa makanan tradisional memuat banyak nilai yang bukan hanya soal rasa, tapi juga soal warisan, kerja keras, dan hubungan antar-generasi. Lewat Wingko Babat kita dapat melihat bagaimana makanan sederhana mampu menjadi penghubung masa lalu dengan masa kini.

Dengan mengenalkan kembali Wingko Babat khas Lamongan, artikel ini membuka wawasan tentang betapa kayanya kuliner khas Lamongan. Wingko bukan hanya camilan, tetapi juga menyimpan jejak budaya yang bertahan dari waktu ke waktu. Makanan ini patut untuk dibanggakan dalam kisah manis sepotong Wingko Babat dari tanah Lamongan.

Isi dan Pembahasan

A. Wingko Babat

Wingko Babat adalah salah satu jajanan tradisional khas Babat Lamongan Jawa Timur yang terbuat dari kelapa parut, tepung ketan, dan gula pasir. Dengan teksturnya yang padat dan rasanya yang manis gurih menjadikannya camilan oleh-oleh berbagai generasi. Wingko Babat biasanya dijual dalam bentuk bulat pipih, kadang dengan aroma panggangan yang begitu menggoda. Meski kini banyak ditemukan di berbagai kota, sebenarnya awalnya nama Wingko Babat merujuk pada daerah asalnya, yaitu Kecamatan Babat di Kabupaten Lamongan. Nama itu bukan sekadar label, tetapi penanda sejarah dan akar budaya yang sudah tertanam dalam kehidupan masyarakat setempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun