Mohon tunggu...
Teguh Nugroho
Teguh Nugroho Mohon Tunggu... Anak laki-laki yang suka kopi, pergi-pergi, dan kereta api

Second account, akun pertamanya udah lupa email saking terlalu lama nggak aktif. Kalo mau kenalan, silakan terbang ke blog thetravelearn.com

Selanjutnya

Tutup

Bandung Artikel Utama

Menengok Transformasi Perkeretaapian Bandung di Stasiun Gedebage

9 Juli 2025   08:23 Diperbarui: 9 Juli 2025   11:21 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Area Keberangkatan Stasiun Gedebage (Dokumentasi Pribadi)

Saya masih ingat bagaimana dulu Stasiun Gedebage dilalui begitu saja oleh setiap kereta api penumpang yang lewat. Kala itu, Stasiun Gedebage hanya melayani kereta api barang. Namun, sekarang Gedebage sudah menjadi salah satu titik tumpu angkutan massal perkotaan di Bandung dan sekitarnya. Ia sudah selesai berias sehingga kini tampil lebih pantas, terasa lebih berkelas. 

Pertengahan Juni itu, saya memarkirkan sepeda motor di depan sebuah warung kelontong di samping jalan masuk Stasiun Gedebage. Karena hanya singgah sebentar, tidak benar-benar akan naik keretanya, akan memakan waktu lebih (dan biaya) bila saya memarkirkan sepeda motor di dalam area stasiun. Saya tiba dari kantor saya di Kawasan Summarecon Bandung, yang salah satu pintu aksesnya hanya sepelemparan batu dari Stasiun Gedebage. 

Bicara soal lokasi, Stasiun Gedebage memang kurang apik --- yang juga terjadi di beberapa stasiun kota Bandung lainnya. Ia tidak berdiri persis di pinggir jalan raya, melainkan sedikit menjorok ke dalam. Jaraknya mungkin 100 meter. 

Untungnya, akses pejalan kaki dan kendaraan dari jalan raya ke gedung stasiun sekarang sudah dirapikan menjadi lebih nyaman. Ada pedestrian lane, kanopi, dan (sayangnya) pagar pembatas tertutup dengan rel kereta api. 

Stasiun Gedebage, Berbenah Agar Kian Ramah

Saya tiba di ujung lajur pejalan kaki dengan papan petunjuk bertuliskan "Keluar/Exit". Saya bisa melihat peron yang ada di sisi kanan dengan leluasa. Lantainya yang rapi, bangku-bangku tunggunya, signage "Stasiun Gedebage" sesuai standar DJKA/KAI yang baru, dan jembatan pejalan kaki. 

Ujung lajur pejalan kaki(Dokumentasi Pribadi)
Ujung lajur pejalan kaki(Dokumentasi Pribadi)

Peron Stasiun Gedebage (Dokumentasi Pribadi)
Peron Stasiun Gedebage (Dokumentasi Pribadi)

Ya, sudah tak ada lagi acara menyeberang rel untuk berpindah peron atau mengakses pintu keluar. Penumpang harus naik ke atas skybridge melalui eskalator atau lift yang telah disediakan. Stasiun Gedebage sudah direnovasi sesuai standar stasiun kereta komuter modern di Malaysia, Cina, atau Jepang. Stasiun-stasiun KRL Commuter Line di Jabodetabek sudah lebih dulu diremajakan seperti itu. 

Ah, andai saja armada kereta yang digunakan sudah kereta listrik dengan moncong depan dan belakang yang sama, dan bukan KRD eks Kereta Api Jarak Jauh seperti itu, maka lengkaplah vibe Jepang yang bisa dirasakan.

Kalau saya berjalan lurus, maka akan tiba di loket pembelian tiket dan gerbang masuk. Biasanya, loket hanya diperuntukkan untuk lansia. Penumpang lain diharapkan sudah membeli tiket secara elektronik di aplikasi Access by KAI. Jadi saat masuk gate, tinggal tap tiket yang ada di barcode aplikasi. Terus berjalan lurus lagi, maka akan ada eskalator dan lift untuk mengakses peron.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun