Hari ini, siapa sih yang nggak kenal TikTok? Mulai dari anak SD sampai orang tua, dari mahasiswa sampai pedagang bakso, semuanya pernah lihat---kalau nggak main, ya minimal nonton. Kontennya beragam: ada yang joget-joget lucu, resep masakan, tips bisnis, kultum singkat, sampai kajian ilmu yang cuma satu menit tapi bisa bikin kita mikir panjang.
Lalu muncul pertanyaan klasik: "Belajar dari TikTok, itu salah apa nggak sih?"
1. Niat dan Cara Pandang
Belajar itu sebenarnya bisa dari mana saja. Dari buku, guru, teman, bahkan dari kesalahan sendiri. Kalau hati dan niat kita baik, konten TikTok yang singkat bisa jadi pintu ilmu. Bayangin, kadang satu video sederhana bisa bikin kita sadar: "Oh, aku harus lebih bersyukur," atau "Wah, ternyata ada cara baru yang lebih mudah buat belajar bahasa."
Masalahnya bukan pada platform-nya, tapi pada cara pandang kita. Kalau kita niatnya cari hiburan doang, ya yang ketemu joget-joget. Tapi kalau niatnya cari ilmu, kita bisa dapet insight berharga bahkan dari video 30 detik.
2. Filter Diri
Seperti jalan raya, TikTok itu rame banget. Ada kendaraan bagus, ada juga yang ugal-ugalan. Tugas kita: pintar milih jalan. Fitur follow, like, sampai save bisa jadi filter agar algoritma kasih kita yang bermanfaat.
Artinya, kalau kita sering nonton konten inspiratif, motivasi, atau ilmu, maka timeline kita bakal penuh dengan hal-hal baik. Tapi kalau kita nggak selektif, ya jangan kaget kalau isinya malah hal-hal receh yang bikin waktu habis sia-sia.
3. Waktu Itu Amanah
Satu hal yang sering jadi jebakan: kecanduan scroll tanpa henti. Lima menit jadi lima jam. Nah, di sinilah refleksinya: hidup ini cuma sekali, waktu nggak bisa diulang. Kalau TikTok bikin kita lebih produktif, lebih kreatif, lebih dekat dengan Allah, ya alhamdulillah. Tapi kalau bikin lalai, ya harus hati-hati.