Di sudut ruang tamu, seorang anak duduk khusyuk menatap layar. Jemarinya lincah menari, matanya berbinar. Pertanyaan pun muncul: Apakah ia sedang bermain sia-sia, atau justru sedang belajar sesuatu yang berharga?
Teknologi hari ini memang ibarat pisau bermata dua. Di tangan yang salah, ia bisa melukai. Tapi di tangan yang tepat, ia bisa menjadi alat untuk mengukir masa depan.
Ketakutan yang Wajar
Sebagai orang tua dan pendidik, kita sering resah. Gawai dianggap mencuri masa kanak-kanak, membuat anak lupa waktu, lupa bermain, lupa bersosialisasi. Banyak berita tentang anak yang kecanduan gim, lupa belajar, bahkan kehilangan arah. Wajar jika teknologi dicap sebagai "ancaman".
Namun, mari kita berhenti sejenak. Bukankah setiap zaman selalu menghadirkan ketakutan baru? Dahulu televisi dianggap merusak generasi, radio pun pernah dikhawatirkan membuat anak malas belajar. Kini, kita sudah terbiasa dengan keduanya.
Melihat dari Sisi Lain
Teknologi sebenarnya bukan musuh. Ia hanya alat. Dan alat itu bergantung pada siapa yang menggunakannya.
Seorang anak bisa tenggelam dalam konten tak bermakna, tapi anak yang sama juga bisa menemukan dunia baru melalui teknologi: belajar bahasa asing dari aplikasi, menjelajah tata surya lewat animasi, atau bahkan menemukan bakat coding sejak dini.
Bahkan banyak anak hari ini belajar Al-Qur'an lewat aplikasi, menulis cerita lewat blog, atau berbisnis kecil-kecilan lewat marketplace. Bukan mustahil, dari layar kecil itu lahir generasi kreatif yang siap menghadapi dunia.
Peran Kita