Mohon tunggu...
Teguh Ikhmal Bakhtiar
Teguh Ikhmal Bakhtiar Mohon Tunggu... Lainnya - Kosong itu isi, Isi itu kosong, teguhikhma@gmail.com

Apa yang membuat kamu yakin sekarang kamu sedang tidak bermimpi?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Inovasi Assesmen Pembelajaran: Mengenal Teori Klasik, Respon Butir dan Klasik VS Modern

19 Maret 2023   10:01 Diperbarui: 19 Maret 2023   10:09 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alur pengembangan alat ukur. (Foto: Youtube/Belajar Metode Penelitian)

Inovasi dalam asesmen pembelajaran semakin penting dalam era pendidikan yang terus berkembang. Penggunaan teknologi dan metode evaluasi yang lebih efektif memungkinkan pendidik untuk mengukur kemajuan siswa dengan cara yang lebih akurat dan terukur.

Salah satu inovasi terbaru dalam asesmen pembelajaran adalah penggunaan algoritma pembelajaran mesin untuk menganalisis data hasil tes. Dengan menggunakan teknologi ini, pendidik dapat dengan mudah mengidentifikasi pola dan tren dalam kemampuan siswa, sehingga dapat membuat keputusan yang lebih tepat dalam mengembangkan kurikulum dan metode pembelajaran yang sesuai. 

Artikel ini bertujuan untuk melengkapi tugas Inovasi Assesmen Pembelajaran IPA yang diampu oleh Mobinta Kusuma, M.Pd. Adapun topik-topik yang akan dibahas pada artikel ini mencangkup teori klasik, respon butir dan klasik VS modern.

Teori Pengukuran

Alur pengembangan alat ukur

Pertama yang dibahas adalah alur dari pengembangan alat ukur. Pada gambar yang diambil dari Youtube Belajar Metode Penelitian, dijelaskan bahwa alur pengembangan alat ukur terdapat komponen kontuksi, tes, jawaban.respon dan skor.

Bagian kontruksi menjadi tes kita memerlukan adanya diskusi operasional kontruksi. Sedangkan, dari tes untuk mendapatkan jawaban atau respon kita memerlukan sebuah konstruksi alat ukur.

Dari jawaban ke skor kita membutuhkan motode-metode penyekoran. pada bagian skor menuju konstruksi memerlukan berbagai model pengukuran.

Mengapa teori model pengukuran dibutuhkan?

Teori sangat dibutuhkan karena sebagai alat pengembangan alat ukur. Teori juga menjelaskan tentang kondisi ideal suatu alat ukur.

Selain sebagai alat pengembangan, teori juga dipakai sebagai alat evaluasi alat ukur. kita akan semakin mudah untuk mengembangkan model pengukuran menggunakan teori tersebut.

Macam teori pengukuran

Teori pengukuran saat ini dibagi menjadi dua. Teori tersebut antara lain, teori skor murni klasik dan teori tes modern.

Teori skor murni klasik

Faktor utama yang mempengaruhi teori ini adalah skor murni dan skor pengukuran. Lebih jelasnya seperti pada gambar di bawah.

Faktor teori tes klasik. (Foto: Youtube/Belajar Metode Penelitian)
Faktor teori tes klasik. (Foto: Youtube/Belajar Metode Penelitian)

Dalam hal ini berarti sebuah skor tampak mengandung informasi mengenai skor murni dan error pengukuran.

Skor murni merupakan skor yang menunjukan atribut ukur yang ketepatan dan keakuratannya sempurna. Sedangkan error adalah sesuatu hal yang bisa menyesatkan sehingga menyebabkan tidak akuratnya pengukuran.

Pada tes ini error standar yang dimiliki teori skor klasik hanya satu. Namun, error yang didapatkan ini adalah error satu untuk semua.

Semua sampel yang ada di dalam sebuah tes harus diukur menggunakan error standar yang sama.

Teori skor modern atau respon butir(IRT)

Dasar dari teori Respons Butir atau Item Response Theory (IRT) adalah untuk mengatasi kelemahan yang terdapat pada teori tes klasik, terutama dalam hal adanya ketergantungan pada item dan sifat kelompok.

Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa indeks daya pembeda, koefisien reliabilitas tes, dan tingkat kesulitan suatu tes tidak hanya dipengaruhi oleh butir soal atau tes itu sendiri, melainkan juga oleh individu yang menjawab tes tersebut. Pada umumnya, dalam teori respons butir, digunakan model distribusi logistic yang terdiri dari beberapa model logistik.  

Pada teori skor modern, error standar yang digunakan berbeda dengan teori skor murni klasik. Perbedaan ini karena setiap orang memiliki level kemampuan yang berbeda-beda.

Hal baik dari menggunakan IRT ini adalah kira bisa melakukan pengambilan data pada level orang tertentu. Jika menggunakan IRT pada orang dengan kepandaian yang tinggi maka kita akan bisa memilih dengan alat ukur yang mana.

Ilustrasi. (Foto: Youtube/Belajat Metode penelitian)
Ilustrasi. (Foto: Youtube/Belajat Metode penelitian)

Hal ini akan mempermudah kita dalam memperoleh hasil dengan presisi yang tinggi. Sedangkan alat ukur tersebut tidak bisa digunakan untuk orang-orang dengan tingkat kepandaian yang berbeda.

Rebilitas yang tinggi pada tes ini akan didapatkan ketika orang dan tes memiliki kesetaraan yang sama. Contohnya orang yang berkemampuan tinggi harus diberikan tes yang sulit dan sebaliknya.

Untuk mengembangkan tes pararel, IRT memiliki kemampuan bernama Tes Information Fungtion (TIF). Teori tes modern juga menerapkan parameter tes tidak tergantung pada karakteristik sampel.

butir tes yang diujikan akan tetap sama pada sampel yang berbeda dan juga dibandingkan dengan tes yang berbeda.

Perbedaan-perbedaan antara teori tes skor klasik (CTT) dan Teori tes modern (IRT)

1. Perbedaan error standar pengukuran

Pada CTT kesalahan pengukuran berlaku untuk semua sampel pada populasi tertentu. Berbeda dengan IRT, error standar pengukuran berbeda pada setiap skornya.

2. Perbedaan panjang tes

Pada prinsip lama atau di CTT, tes panjang akan membuat skor menjadi realibel. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan IRT yang mengatakan semakin pendek tes maka realibelnya akan semakin tinggi.

3. Perbandingan antar tes

Pada CTT tes yang pararel akan menghasilkan hasil yang optimal, sedangkan IRT hasil akan optimal jika tes yang diujikan bervariasi.

4. Sampel tes

Kualitas hasil pengukuran pada CTT tergantung pada karakteristik sampel. Pada IRT karakteristik sampel tidak mempengaruhi kualitas hasil pengukuran.

5. Makna skor yang berbeda

Makna skor pada CTT menjelaskan makna skor terhadap kemampuan individu didapat dari perbandingannya dengan orang-orang di dalam norma. Di IRT sendiri makna terhadap skor terhadap individu sendiri didapat dari selisihnya dari tingkat kesulitan butir.

6. Data interval

Data interval pada CTT dapat dicapai dari mendapatkan skor yang terdistribusi dengan normal. Pada IRT, data bisa diperoleh dengan mengaplikasikan model pengukuran yang terjustifikasi.

7. Skala dan format yang berbeda

Butir pada format yang berbeda pada CTT akan memberikan dampak pada parameter butir. Sedangkan butir-butir dengan format yang bervariasi pada IRT akan memberikan tes yang optimal.

8. Skor perubahan

Pada model lama CTT, skor karena suatu perubahan tidak bisa dibandingkan dengan skor awalnya. Hal ini jika inisial yang digunakan sudah berbeda.

Pada IRT sendiri, skor pada perubahan dapat dibandingkan meski sudah berubah inisialnya.

Itulah pembahasan mengenai beberapa topik di dalam mata kuliah Inovasi assesmen pembelajaran IPA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun