Mohon tunggu...
Teguh H Nugroho
Teguh H Nugroho Mohon Tunggu... Procurement - GA

Aku mencoba merangkai setiap isi hatiku dalam kata, hanya untuk kamu — satu-satunya alasan mengapa aku masih percaya pada cinta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Rahasia Mengapa Anjing Bisa Setia Hingga Nafas Terakhir

25 September 2025   21:03 Diperbarui: 25 September 2025   21:03 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: depositphotos.com

Ada banyak alasan mengapa anjing disebut sahabat terbaik manusia. Kesetiaan mereka bukan sekadar cerita turun-temurun, melainkan terbukti dalam sains, sejarah, dan pengalaman nyata sehari-hari. Dari ikatan emosional hingga naluri bertahan hidup, semua berpadu menjadi dasar mengapa anjing rela setia hingga akhir hayat.

Kesetiaan seekor anjing tidak lahir begitu saja. Ia tumbuh dari sifat alami mereka sebagai hewan sosial yang hidup dalam kawanan. Dalam kawanan, selalu ada pemimpin yang diikuti tanpa ragu. Bagi anjing peliharaan, manusialah yang dianggap sebagai pemimpin kawanan itu.

Dalam konteks bertahan hidup, anjing memahami bahwa mengikuti pemimpin adalah jalan aman. Pemimpin berarti sumber makanan, perlindungan, dan arah hidup. Karena itu, mereka secara naluriah merasa aman saat bersama pemiliknya.

Lebih dalam dari sekadar naluri, anjing mampu menganggap pemilik sebagai keluarga. Ikatan ini seringkali setara dengan hubungan antara induk dan anak. Mereka belajar mempercayai, mengandalkan, dan mencintai pemiliknya sebagaimana mereka mencintai sesama kawanan.

Tatapan mata antara manusia dan anjing bukanlah hal sepele. Penelitian membuktikan bahwa saat saling menatap, kadar hormon oksitosin meningkat pada kedua belah pihak. Hormon inilah yang menumbuhkan rasa sayang, percaya, dan ikatan yang tak mudah goyah.

Selain tatapan, anjing juga mampu membaca emosi pemiliknya. Dari nada suara hingga ekspresi wajah, mereka peka terhadap perubahan perasaan. Itulah sebabnya seekor anjing bisa tiba-tiba mendekat saat pemiliknya sedih, seolah menawarkan empati tulus.

Ikatan ini diperkuat melalui interaksi sehari-hari. Ketika pemilik memberikan pelatihan, hadiah, atau pujian, anjing belajar bahwa kebersamaan membawa kebahagiaan. Proses ini meneguhkan keterikatan emosional sekaligus rasa percaya.

Lebih dari itu, pemilik adalah sumber utama kebutuhan dasar: makanan, tempat tinggal, dan perlindungan. Naluri bertahan hidup membuat anjing melihat pemiliknya sebagai figur vital yang tak bisa tergantikan.

Hubungan ini bukanlah hal baru. Sejak ribuan tahun lalu, manusia dan anjing hidup berdampingan dalam simbiosis. Anjing membantu berburu, menjaga keamanan, bahkan menjadi penolong dalam berbagai situasi. Sebaliknya, manusia memberikan perlindungan dan makanan.

Seiring waktu, peran anjing semakin meluas. Dari penjaga rumah, sahabat bermain, hingga penyelamat dalam operasi SAR, semua itu menunjukkan bahwa kesetiaan anjing bukan mitos. Mereka selalu hadir ketika dibutuhkan.

Indra penciuman anjing yang tajam juga memperkuat keterikatan ini. Mereka dapat mengenali aroma pemiliknya bahkan dari jarak jauh. Itulah sebabnya banyak kisah anjing yang selalu kembali pulang, meski jarak memisahkan.

Kisah nyata seperti Hachiko dari Jepang membuktikan bahwa kesetiaan anjing bisa melampaui batas waktu. Ia tetap menunggu pemiliknya pulang di stasiun, bahkan bertahun-tahun setelah sang pemilik meninggal dunia.

Hachiko | Sumber: google.com
Hachiko | Sumber: google.com

Kesetiaan seperti ini sulit dicari tandingannya. Bagi seekor anjing, pemilik bukan hanya sosok pemberi makan, melainkan pusat dunianya. Semua tindak tanduk, rasa bahagia, hingga kesedihan mereka, seringkali berkaitan erat dengan pemiliknya.

Kehadiran anjing juga memberi pengaruh positif pada manusia. Banyak penelitian menyebut bahwa memelihara anjing dapat menurunkan stres, meningkatkan rasa bahagia, bahkan memperpanjang umur karena rasa kasih sayang yang tercipta.

Setiap kali seekor anjing menggoyangkan ekornya saat melihat pemiliknya pulang, itu bukan sekadar kebiasaan. Itu adalah ekspresi dari cinta yang tulus, ikatan yang dalam, dan janji kesetiaan yang tak tergoyahkan.

Maka tidak berlebihan jika anjing disebut sebagai makhluk dengan hati emas. Kesetiaan mereka bukan hanya cerita haru, melainkan bukti nyata yang dapat kita saksikan sehari-hari.

Pada akhirnya, kesetiaan anjing mengajarkan manusia tentang makna cinta tanpa syarat. Tentang bagaimana memberi tanpa berharap imbalan, tentang hadir tanpa meminta balasan, dan tentang setia hingga nafas terakhir.

Kita mungkin tidak bisa sepenuhnya membalas ketulusan seekor anjing, tetapi kita bisa belajar darinya: mencintai dengan tulus, menjaga dengan sepenuh hati, dan setia dalam segala keadaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun