Mohon tunggu...
Abdul Rahman
Abdul Rahman Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan penulis

Kenikmatan yang diberikan Allah juga ujian.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Suka Cahayanya

10 Oktober 2019   14:50 Diperbarui: 10 Oktober 2019   15:19 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Saya mau yang manis dan hangat. Syukur - syukur setia," kata Bambang balas menggoda. 

"Kalau yang manis, hangat dan setia itu Teteh (kakak perempuan) bukan teh, " jawab Mutiara tidak kehilangan rasa humornya. 

Setelah melewati beberapa menit percakapan basa - basi, tentu sampai pada inti. Nah saatnya  hendak bicara maksud dan tujuan inilah, keberanian Bambang mendadak lenyap. Saking tak beraninya untuk bicara, mata Bambang tertuju terus ke arah lampu duduk yang ada di pojokan. Bambang tak sanggup untuk menatap ke arah Mutiara. Pandangannya jadi tertuju ke lampu di pojokan. 

"Gimana Mas, kok diam seperti ada setan lewat," kata Mutiara memecahkan suasana. 

"Nggak lampu yang di pojokan itu bagus. Saya suka," kata Bambang jawab sekenannya. Sesungguhnya bukan itu yang mau dikatakan Bambang. Tapi menjadi kaku untuk beberapa saat tidak bagus. Bambang harus berkata. Dan itulah kata yang keluar. 

"Wah... lampu  biasa mas. Di pasar banyak," kata Mutiara. 

Hampir setengah jam, Bambang di tempat Mutiara tak mengatakan yang sesungguhnya. Akhirnya pamitan. Dan berkata bahwa akan main lagi. 

Setelah kedatangan itu, hanya selang seminggu Bambang  sudah datang lagi. Tapi giliran harus bicara niat sesungguhnya, lidah Bambang  mendadak kelu. Dan yang keluar soal bagusnya lampu di pojokan. 

Tiga kali Bambang bolak - balik ke rumah Mutiara. Tapi selalu saja kata yang keluar adalah lampu pojokan. Sesungguhnya kalau mau dihitung benar, sudah belasan kali Bambang ke rumah Mutiara. Kadang hanya untuk lewat. Lihat gentengnya sudah cukup puas. 

Tapi status quo seperti ini tidak boleh berlarut - larut terlalu lama. 

Bambang bertekad sudah saatnya untjk mengkhiri kegalauan ini. Diterima atau tidak itu urusan ke sekian. Yang penting berani ngomong. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun