Sambil menggelengkan kepala, sahabat saya belum menangkap maksud dari tips menulis dengan tahu goreng yang digoreng dadakan.
Saat itu pula saya menjawab, tahu bulat digoreng dadakan? Karena kalau menggorengnya direncanakan, suka tidak jadi. Begitu juga saat kita ingin menulis, ya menulis saja. Kalau terlalu banyak rencana di awal, menulis suka tidak jadi-jadi!
Jawaban itu mengundang gelak tawa sekaligus memacu semangat menyala. Siapa sangka energi untuk kita menulis bisa kita peroleh dari lingkungan terdekat sekitar kita.
Pelatihan
Ada lagi yang lebih serius dari sekedar berbagi tips menulis. Kelompok relawan Taman Bacaan Masayarakat (TBM) Sukamulya Cerdas Bandung dan Karang Taruna Sukamulya, sering mendapat permintaan bagaimana agar warga dan relawan menjadi pandai menulis.
Riset-riset kecil kepada lingkungan untuk mengetahui tingkat minat warga dan relawan terhadap keinginan bisa menulis, beberapa kali dilakukan.
Melalui diskusi-diskusi informal juga sering diadakan. Pada akhirnya setelah cukup daya dukung, keluar gagasan membuat pelatihan kepenulisan.
Relawan dan warga disekitar TBM berada, memahami manfaat apabila kita bisa menulis terutama menulis dalam bentuk karya non fiksi dan juga kemampuan mengarang karya fiksi.
Adanya dukungan kepemilikan media sosial juga, menambah rasa ingin tahu seperti apa baiknya agar bisa menulis. Media sosial menjadi lahan luas warga untuk menulis. Pelatihan akan membimbingnya lebih cermat bagaimana menuangkan pikiran atau gagasan dalam media sosial.
Karya-karya yang bermunculan dari hasil memahami cara menulis, mengisi juga konten-konten kreator atau narasi pengiring hasil kreasi karya audio visual yang biasa dinaikan dalam chanel Youtube.
Melalui pelatihan, warga dan relawan menjadi lebih mantap semangat rasa ingin bisanya. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, hasil-hasil kreasi peserta pelatihan menulis, biasanya akan nampak berbeda dari biasa.