Raja Banten bergelar Sultan Haji Abunhasri Abdul Kahhar pada saat itu tertarik dengan ajakan Raja Inggris lalu mengirim utusan untuk berangkat ke Kerajaan Inggris. Mereka yang diutus yaitu, Ki Ngabei Nayawipraja dan Ki Ngabei Jayasedana dengan mengarungi lautan selama 5,5 bulan. Â
Utusan berangkat dengan membawa sejumlah barang terbaik dari Raja Banten untuk Raja Charles II berupa lada, kayu bahar, jahe, cengkeh, cendera mata berlian, burung merak emas dan batu permata. Barang-barang istimewa dari Banten untuk Raja Charles II, menunjukan betapa makmurnya kerajaan di ujung Barat Jawa itu pada saat berkuasa.
Banten terkenal sebagai kerajaan maritim dan menguasai jalur perdagangan strategis pada masaanya. Inggris merasa berkepentingan memiliki hubungan diplomatik dengan Banten terkait ekspansi penaklukan daratan ke seluruh dunia.
Dari kunjungan tersebut, dua utusan Banten diterima langsung oleh Raja dan kepulangan mereka membawa gelar kehormatan bangsawan "Sir" dari Inggris. Nayawipraja bergelar Sir Abdul, sedangkan Jayasedana mendapat gelar Sir Achmet.
Keterangan diatas merupakan catatan langka. Beruntung seorang ahli purbakala, Ny. S. Soeleiman, yang bekerja sebagai atase kebudayaan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di London, menyalin tulisan Ny. Fruin Mees pada tahun 1953, yang mencatat informasi tentang hubungan diplomatik dan persahabatan dua kerajaan tersebut.
Sejak catatan itu diteruskan kembali, kita menjadi tahu, betapa dekatnya hubungan Inggris dengan Banten. Ingatan sejarah ini terus melekat dan dipertahankan sampai kapan pun. Nama besar Charles, memantik kenangan lama yang mengagumkan itu. Semoga ini menjadi pertanda baik bagi kelangsungan hubungan para penerus Kerajaan Inggris dan pemimpin Indonesia saat ini.
