Mohon tunggu...
Tegar Fajar
Tegar Fajar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Majalengka, Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbedaan Teori Konstruktivisme, Kognitivisme dan Nativisme dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

20 Juni 2022   07:12 Diperbarui: 20 Juni 2022   07:28 4934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

  1. Teori Konstruktivisme

Secara bahasa konstruktivisme berasal dari kata konstruktiv dan isme. Konstruktiv berari suatu sifat membina, memperbaiki dan membangun, sedangkan isme berartipaham atau aliran. Jadi, konstruktivisme adalah paham atau aliran yang memilikisifat membina, memperbaiki atau membangun.

Sedangkan menurut istilah, konstruktivisme adalah teori pembelajaran yang mengembangkan kemampuan logis dan analitis berdasarkan pengalaman dan lingkungan sekitarnya. 

Pandangan konstruktivis dalam pembelajaran mengatakan bahwa anak-anak diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar secara sadar, sedangkan guru yang membimbing siswa ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Dasar dari teori ini adalah pengalaman kehidupan nyata seseorang individu memiliki peranan penting dalam proses pendidikan atau pembelajarannya.

Konstruktivisme menekankan fakta bahwa pengalaman adalah sumber utama pengetahuan dalam kehidupan seseoranag. Konstruktivisme adalah teori belajar yang menyatakan bahwa kemampuan mental dan aktivitas individu membantu dalam membangun basis pengetahuan mereka.

2. Teori Kognitivisme

Definisi "Cognitive" berasal dari kata "Cognition" yang mempunyai persamaan dengan "knowing" yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas kognition/kognisi ialah perolahan penataan, penggunaan pengetahuan. Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada  hasil belajar itu sendiri.

Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku sesorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan infirnasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.      

Dalam teori ini ada dua bidang kajian yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar, yaitu:

  1. Belajar tidak sekedar melibatkan stimulus dan respon tetapi juga melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks.
  2. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkun

Aliran kognitivistik ini terdapat ciri-ciri pokok. Adapun ciriciri dari aliran kognitivistik yang dapat dilihat adalah sebagai berikut:

  • Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
  • Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
  • Mementingkan peranan kognitif
  • Mementingkan kondisi waktu sekarang
  • Mementingkan pembentukan struktur kognitif

3. Teori Nativisme

Nativisme berpandangan bahwa selam terjadinya proses pemerolehan bahasa pertamanya, pada usia kanak-kanak (manusia) tahap demi tahap membuka kemampuan lingual manusia yang telah diprogramkan secara genetis. Chomsky telah mengubah asumsinya mengenai pemerolehan bahasa serta menjadi perintis munculnya TPB model baru yang rasionalisme, yaitu TPB Nativis LAD. Anak-anak akan mempelajari bahasa secara bertahap pelan dan abstrak, selanjutnya mereka akan melakukannya tanpa adanya instruksi eksplisit maupun pengaruh lingkungan melalui petunjuk dari prinsip-prinsip dasar.

Kelebihan Teori Nativisme diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Dapat menonjolkan bakat yang manusia miliki

Melalui adanya teori ini besar harapan bagi manusia dapat memaksimalkan bakat dan kemampuan dasar yang mereka miliki karena sudah mengetahui bakat yang dapat ia kembangkan. Hal ini, nantinya mempermudah manusia menumbuh kembangkan sesuatu hal yang berpotensi besar untuk dirinya agar mengalami kemajuan hidup.

  • Mendorong perwujudan diri sebagai manusia berkompetensi

Teori tersebut memberikan harapan yang besar untuk manusia untuk lebih inovatif serta kreatif didalam usahanya untuk mengembangkan bakat dan minat supaya berkompeten sebagai manusia yang mampu melewati persaingan dengan manusia lain didalam menghadapi rintangan dan tantangan era modern yang kian hari semakin dibutuhkannya insan berkompeten yang memiliki keunggulan lebih dibanding lainnya.

  • Membantu manusia dalam penentuan dari sebuah pilihan

Diharapkan dengan teori tersebut manusia mampu memiliki sikap bijak didalam menentukan setiap pilihan mereka, dan jika pilihannya telah ditentukan ia akan mempunyai komitmen tinggi dan berpegang secara teguh dalam pilihan yang ia pilih tersebut serta memiliki keyakinan ia telah memilih pilihan terbaik.

  • Mendorong perkembangan potensi diri manusia.

Agar manusia mempunyai peranan aktif dalam mengembangkan potensi diri yang dimiliki agar mereka menjadi pribadi dengan ciri khas ataupun ciri khusus selaku jati diri manusia.

Sedangkan kekurangan Teori Nativisme diantaranya Pandangan negative dari teori ini adalah seolah-olah manusia memiliki sifat-sifat sulit diubah karena sifat-sifat turunan telah melekat padanya sejak lahir. Teori ini berasumsi keturunan baik psti menjadi sosok baik dan keturunan jahat menjadi sosok jahat. Dengan kata lain menyatakan bahwa sifat manusia merupakan hal permanen tidak dapat diubah oleh siapapun dan apapun. Pandangan berikutnya adalah tentang pendidikan hanya menjadi hal pesimistis serta mendeskreditkan golongan manusia yang hanya "kebetulan" mempunyai keturunan yang tak baik.

4. Perbedaan

Setiap teori belajar tentunya memiliki perbedaan satu dan lainnya, hal ini karena setiap ahli memiliki anggapannya tersendiri terkait cara pandang mereka terhadap pemerolehan suatu proses belajar pada manusia. Termasuk juga pada teori belajar konstrutivisme, teori belajara kognitivisme dan teori belajar nativisme.

Teori belajar konstruktivisme adalah teoribelajar yang menekankan bahwa manusia memperoleh suatu hasil belajar melalui pengalamannya, dimana anak-anak akan secara naluriah memperbaiki kesalahannya dikemudia hari berdasarkan apa yang pernah mereka lalui sebelumya. Teori belajar konstruktivisme ini menyatakan bahwa kemampuan mental dan aktivitas individu memiliki peranan penting dalam membangun dasar pengetahuan mereka.

Sedangkan, teori belajar berikutnya adalah teori belajar koginitivisme. Teori belajar ini merupakan suatu teori yang beranggapan bahwa seseorang mendapatkan suatu ilmu pengetahuan dilihat dari proses yang dilaluinya bukan dari hasilnya. Teori ini menyatakan bahwa proses belajar bukan hanya mengandalkan stimulus dan respon tetapi juga suatu proses berfikir yang sangat kompleks. Selain itu, dalah teori ini ilmu pengetahuan diperoleh dari dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan sekitar.

Berbeda dengan kedua teori sebelumnya, teori belajar nativisme ini menyatakan bahwa ilmu pengetahuan seseorang diperoleh darilahir atau genetik. Hal ini berarti, teori nativisme menekankan bahwa segala sesuatu yang didapat (pengetahuan) diperoleh sejak dalam kandungan hingga lahir. Dapat dikatakan pula buah dari teori nativisme ini adalah bakat yang dimilki oleh seseorang. Jadi, pada teori nativisme ini seseorang dapat menonjolkan bakat yang dimilikinya karena pada dasarnya bakat setiap individu memiliki ciri khas dan keunikannya tersendiri. Selain itu, dengan perbedaan bakat yang dimilikinya teori ini juga membangunseseorang untuk menjadi pribadi yang kompetitif karena diera sekarang manusia berlomba-lomba meningkatkan bakat untuk menghadapi tantangan globalisasi. 

Teori ini juga dapat membantu seseorang untuk menentukan pilihan, karena adanya bakat yang sudah dimilikinya sejak lahir maka harusnya seseorang dapat langsung mengetahui arah tujuannya yang dapat disesuaikan dengan bakatyang dimilikinya. Dan terakhir, teori nativisme ini mendorong perkembangan potensi seseorang jadi anak setelah mengetahui potensi atau bakat yang ada dalam dirinya ia akan mengetahui apa yang perlu ia kembangkan untuk dijadikannya suatu keahlian yang unik dan memiliki ciri khas untuk dirinya, sehingga nantinya ia dapat mengandalkan potensi atau bakatnya untuk melawan tantangan glbalisasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun