Mohon tunggu...
Tb Adhi
Tb Adhi Mohon Tunggu... Jurnalis - Pencinta Damai
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Sich selbst zu lieben ist keine ritelkeit, sondern vernunft

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sekali Lagi Tentang Langkah Serius Jokowi, Mengacu pada Estafet Kepemimpinan di 2024

7 Desember 2022   10:04 Diperbarui: 7 Desember 2022   10:16 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiga tokoh yang terus diendorse oleh Presiden Joko Widodo: Ganjar Pranowo, Airlangga Hartarto, Prabowo Subianto. (Foto ilustrasi: Jatimpos.online).

TENTANG "Jokowi akan mengambil langkah serius jika tak ada capres dengan elektabilitas stabil 30%" masih menarik diperbincangkan. Patokan penilaian tingkat keterpilihan hasil survei dengan besaran 30% itu diunggah dalam akun resmi Ketua Komisi VI DPR dari PKB, Faisol Riza, yang lantas menuai beragam komentar dari sesama rekannya di parlemen. Jokowi tampaknya gelisah dalam menyoroti hasil survei para kandidat potensial untuk Pilpres 2024I yang sejauh ini belum seperti diharapkannya.

Unggahan dalam akun Instagram @faisol8418 pada Senin (5/12) lalu itu membuat para followers-nya seperti harus mengerutkan kening karena Faisol Riza juga memberi penekanan agar mempercayai apa yang disampaikannya. Yang kian bikin penasaran, tiga hari setelah unggahan itu tayang, Faisol Riza belum juga menyusulkan pernyataan terbaru. Apa yang dimaksudkannya?

Para elit partai di parlemen terus menduga-duga. Ada yang menyatakan, jika memang benar Jokowi akan mengambil langkah serius karena tidak ada kandidat capres yang elektabilitasnya seperti dia saat mendekati Pilpres 2014 maupun 2019, Jokowi terkesan sangat menyederhanakan persoalan.

Sebenarnya, esensi dari kegelisahan Jokowi juga bukan soal yang terlalu rumit untuk ditafsirkan. Bahwa Jokowi sedang menegaskan tentang siapa yang layak untuk menjadi penggantinya, melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa pasca 2024.

Pesan Jokowi melalui unggahan Faisol Riza memang bukan sesuatu yang metaforik. Tidak seperti ketika ia menyebutkan kriteria dari calon penggantinya dua tahun mendatang, sebagaimana diisyaratkannya kepada Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, atau Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.

Terkait dukungannya kepada Airlangga Hartarto, Jokowi bilang menegaskan jika Ketum Golkar yang Menko Perekonomian itu adalah calon pemimpin dengan rekam jejak yang baik, jam terbang tinggi dan pengalaman luar biasa.

Jelas, terbuka dan renyah, seperti kerupuk yang gampang dikunyah, semua paham maksudnya.

Semua juga paham atas dukungan yang diberikannya kepada Prabowo Subianto beberapa hari kemudian, ketika Jokowi bilang bahwa sekarang ini kelihatannya giliran Pak Prabowo, yang saya kalahkan dalam dua Pilpres sebelumnya.

Prabowo dan Hatta Rajasa dikalahkan Jokowi Jusuf Kalla di Pilpres 2014. Lima tahun kemudian, berpasangan dengan Sandiaga Uno, Prabowo kembali harus mengakui keunggulan Jokowi yang pada 2019 itu berpasangan dengan Ma'ruf Amin.

Terakhir, di tengah gegap gempita keberadaan relawannya di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Senayan, Jokowi menyatakan dukungannya pada tokoh dengan wajah berkerut dan berambut putih. Disampaikan dalam nada yang lebih serius dan berulang-ulang, mungkin supaya tegas dan sampai pesannya. Maka riuhlah sambutan publik. Baik yang hadir di Senayan kemarin, maupun yang di medsos sampai sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun