Mohon tunggu...
Tazkya Izzati
Tazkya Izzati Mohon Tunggu... Mahasiswa Syarif Hidayatullah Jakarta

membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memahami Problematika dalam Dakwah

1 Juni 2025   11:56 Diperbarui: 1 Juni 2025   10:54 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh:
Syamyul yakin (Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dan
Tazkya Izzati (Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)


Dakwah merupakan salah satu kewajiban dalam Islam yang sangat mulia. Melalui dakwah, ajaran Islam disampaikan kepada umat manusia agar hidup sesuai petunjuk Allah SWT. Namun, pelaksanaan dakwah tidak selalu berjalan mulus. Di balik semangat menyampaikan kebaikan, terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh para pendakwah. Problematika ini muncul dari internal diri dai maupun dari kondisi masyarakat yang menjadi objek dakwah.

Salah satu problem utama dalam dakwah adalah kurangnya pemahaman terhadap kondisi sosial dan budaya masyarakat. Banyak pendakwah menyampaikan materi agama dengan bahasa yang terlalu tinggi, terlalu keras, atau tidak sesuai dengan latar belakang pendengarnya. Akibatnya, pesan dakwah tidak terserap dengan baik, bahkan bisa ditolak mentah-mentah. Padahal, pendekatan yang lembut, bahasa yang membumi, dan empati sangat dibutuhkan agar pesan dakwah bisa menyentuh hati dan mengubah perilaku.

Selain itu, perkembangan zaman juga membawa tantangan tersendiri. Di era digital, arus informasi sangat cepat dan tidak terbendung. Media sosial menjadi ladang baru bagi dakwah, tetapi juga menjadi medan pertarungan wacana. Banyak konten dakwah yang viral justru karena sensasi, bukan karena isi yang mendidik. Hal ini bisa menyesatkan umat, apalagi jika dakwah dibumbui kepentingan pribadi atau politik. Maka, penting bagi para dai untuk menjaga integritas, menyaring informasi, dan mengutamakan dakwah yang mencerahkan.

Problematika dakwah juga muncul dari dalam diri pendakwah sendiri. Tidak sedikit yang tergelincir dalam niat, menjadikan dakwah sebagai sarana mencari popularitas atau keuntungan duniawi. Ini sangat berbahaya, karena bisa merusak nilai dakwah itu sendiri. Seorang dai harus selalu menjaga keikhlasan, menjadikan dakwah sebagai ibadah, bukan sekadar pekerjaan atau tontonan. Sebab, keberhasilan dakwah tidak hanya dinilai dari banyaknya pengikut, tapi dari seberapa besar perubahan yang ditimbulkan.

Dengan memahami berbagai problematika ini, para dai diharapkan lebih bijak dan adaptif dalam menyampaikan pesan agama. Dakwah yang efektif adalah yang dibangun di atas ilmu, keikhlasan, empati, dan keteladanan. Pendakwah harus menjadi solusi, bukan sekadar pemberi nasihat. Semoga dengan kesadaran ini, dakwah Islam semakin kuat, berakar di hati umat, dan membawa perubahan nyata menuju masyarakat yang lebih baik dan beradab.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun