Benar, Jawab saya. Kita terkadang terlalu sering memaksakan diri, padahal kita seharusnya belum sampai di level itu. Ini ibarat seorang anak SD yang terlalu semangat untuk melompat ke SMP, padahal jika ditinjau dari sisi manapun dia belumlah layak menjadi anak SMP.
Pertanyaannya, apakah anak SD ini berpotensi untuk "gagal" menjadi anak SMP? Ya, bukan hanya berpotensi, tapi justru sangat berpeluang untuk gagal, karena memang belum waktunya.
Seseorang yang memang seharusnya belum "layak" menjadi pengusaha jika dilihat dari sisi apapun, tapi tetap ngotot menjadi pengusaha tanpa bekal persiapan dan seterusnya, maka wajar jika "kegagalan" itu singgah kepadanya.
Lalu, apakah orang yang memang sudah "layak" menjadi pengusaha (misalnya) sudah otomatis akan berhasil? tentu tidak. Tapi ada yang membedakan mereka berdua (yang memang sudah "layak" dan yang berusaha untuk "layak" padahal belum layak). Yang membedakan mereka berdua adalah endurance atau daya tahan dalam menghadapi kegagalan.
Orang yang memang "sudah layak" pasti akan tetap tegar dan tidak mungkin mempengaruhi orang lain untuk anti "wirausaha" meskipun dia sering mengalami jatuh bangun. Sebaliknya, orang yang memang terlalu memaksakan diri untuk "layak" terkadang mau melakukan hal ini.
Lalu pertanyaannya, "dari mana kita tahu kalau kita sudah "layak" atau belum?" tanya seorang teman.
"Gampang. Kita tinggal minta pentunjuk dari Allah SWT tentang status kelayakan kita dalam segala sisi kehidupan"Â Jawab saya sederhana. Itulah kenapa, setiap hari, kita diajarkan untuk meminta petunjuk dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini.
Ingat, kita tidak pintar. Kalau ada yang berhasil dalam hidup ini, itu bukan karena kita. Tapi karena petunjuk Allah yang telah membimbing kita dengan caraNya yang seringkali kita tidak sadar.
"Jadi, kalau kamu gagal, belum tentu orang lain juga akan gagal. Gagal di Kamu, belum tentu gagal di Aku.."Â Kata saya menutup diskusi ringan hari itu yang dilanjutkan dengan menyeruput kopi masing-masing.
Semoga bermanfaat
Salam bahagia
Be the new you