Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Ketika Bahasa Mewakili Rasa, Cipta, dan Karsa

13 Oktober 2020   21:34 Diperbarui: 13 Oktober 2020   21:39 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa bisa mewakili rasa, cipta, dan karsa (sumber:okezone.com)

Bahasa yang merupakan alat bantu dalam berkomunikasi tentu adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari manusia. Semua kita pasti berbahasa. Terlepas apakah itu bahasa dalam artian verbal, nonverbal atau kombinasi keduanya atau mungkin bahasa kebatinan dan lain sebagainya (yang terakhir ini bahasa yang butuh perjuangan untuk menguasainya).

Karena setiap hari kita berbahasa, khususnya Bahasa Indonesia, mulai dari anak usia 2 tahun hingga orangtua usia 90 tahun pun normalnya bisa berbahasa Indonesia. Itu kalau cerita bisa. Tapi kalau kita bicara benar sesuai dengan EYD, tentu lain persoalan.

Tetapi begini, intinya selama orang yang diajak berbahasa paham dengan apa yang kita sampaikan, maka esensi dalam berkomunikasi dengan bahasa tersebut sudah terpenuhi.

Nah, yang menjadi persoalan tentu saja jika dengan bahasa yang kita gunakan, orang lain tidak mengerti, maka esensi dari pesan komunikasi yang kita sampaikan melalui bahasa itu menjadi tidak efektif.

Tetapi jangan salah, orang yang menggunakan bahasa sesuai EYD saja bisa lho tidak sampai pesan komunikasinya jika dia salah menggunakan bahasa kepada pendengarnya.

Seseorang yang terbiasa menggunakan bahasa ilmiah dengan gelar berderet, misalnya, suatu hari memberikan pelatihan kepada ibu-ibu rumah tangga yang latar belakang pendidikannya kebanyakan SMA.

Jika beliau yang ahli menggunakan bahasa sesuai EYD tadi mengeluarkan kehebatan bahasanya di depan ibu-ibu tadi, justru akan membuat pendengar bingung dan jutru pesannya tidak masuk. 

Apakah salah bahasa sesuai EYD yang dipakainya? Tentu tidak. Tetapi dalam berbahasa tidak sesimpel itu, teman. Banyak aspek lain yang perlu diperhatikan, termasuk siapa pendengar kita dan lain sebagainya.

Sama juga dengan bahasa ngeblog. Idealnya, selagi kita nyaman, bahasa yang digunakan cukup dikenal luas (meskipun gaul), dan memang segmen pembacanya luas, maka silakan saja gunakan bahasa senyaman penulisnya.

Kalau sudah memenuhi beberapa kriteria di atas (kita nyaman, bahasa dikenal luas dan sebagainya, meskipun tidak terlalu sesuai dengan EYD), kalau tetap ada yang mengeluh dan tidak paham dengan bahasa Anda, maka bisa jadi masalah bukan di Penulis. Tetapi di pembaca karena kurang gaul.

Gaul tidak ada kaitannya dengan usia tua dan muda. Ini hanyalah tentang seberapa mau kita membuka telinga kita untuk mendengar lebih banyak dan membaca lebih sering. Itu saja.

Tapi tentu saja kita perlu paham kalau bahasa yang kita gunakan ngeblog itu adalah representasi dari diri kita. Bahasa yang kita gunakan itu juga bisa mewakili rasa yang sedang kita alami. Kalau sedang sedih, jangan kaget kalau banyak yang menuangkan tulisannya dengan rasa meleleh. Kalau senang ada yang menuangkan dalam bentuk bahagia dan sebagainya.

Bahasa yang kita gunakan saat ngeblog juga bisa menciptakan karya-karya yang elegan dan indah. Banyak fiksi yang indah lahir dari bahasa yang justru terkadang (mungkin) belum ditemukan atau belum ada di KBBI.

Begitu juga bahasa yang kita gunakan saat ngeblog bisa melahirkan sebuah karsa, atau kehendak, keinginan atau harapan yang kokoh yang tidak jarang bisa mengubah sebuah peradaban.

Begitulah bagaimana bahasa (Indonesia) bisa begitu luar biasanya, termasuk bahasa yang kita gunakan pada saat ngeblog. Jadi, tidak perlu khawatir ingin menggunakan bahasa seperti apa saja ketika kita sedang ngeblog, karena sekali lagi setiap orang punya gaya bahasanya masing-masing. 

Tetapi ingat, jangan pernah punya niatan untuk menggunakan bahasa ngeblog seenaknya dengan harapan untuk merusak bahasa tercinta kita, bahasa Indonesia. Jauhkan niat itu dan berkaryalah dengan tulisan Anda.

Semoga bermanfaat

Be The New You

TauRa

Rabbani Motivator

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun