Mohon tunggu...
taupikwida
taupikwida Mohon Tunggu... -

Simple...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kecerdasan Tingkat Tinggi...

26 Juli 2011   16:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:21 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

apakah ini tentang IQ, EQ atau AQ ...?? entahlah, banyak teori yang menjelaskan hal tesebut, namun bagaimana atau apa sebenarnya yang dimaksud kecerdasan pada level tertinggi,... saya tertarik ketika membaca satu buku yang didalamnya terdapat satu kutipan F. Scott Fitzgerald yang ternyata juga di pakai oleh beberapa fisikawan seperti Niels bohr , yaitu 'ukuran paling tepat untuk menguji kecerdasan tingkat tinggi adalah kemampuan untuk menyimpan dua gagasan berlawanan sekaligus dalam satu pikiran, namun kedua-duanya berfungsi',... hmmm... sepertinya saya tepat jika menebak anda merasa bingung dengan kata 'dua gagasan berlawanan dalam satu pikiran namun berfungsi', ekstrimnya seperti perkataan 'war for peace',... hey.. apa ada peperangan yang bertujuan untuk perdamaian ...???

setelah membaca dan mendalami kalimat tersebut, sepertinya saya dan mungkin anda pernah memikirkan suatu gagasan yang bertentangan satu sama lain tetapi saling mendukung dibalik dua gagasan tersebut seperti idealis dengan fleksibel, seperti Kecerdikan yang dilakukan agar orang menilai kita bodoh dengan tujuan membuat lengah, mengalah untuk menang, dan sebagainya. Sebuah perusahaan rokok pun menggunakan gagasan bertentangan namun efektif seprti mendanai satu cabang olahraga (rokok dan kesehatan-olahraga) untuk menarik konsumennya....

Dan ternyata kutipan dari Scott adalah salah satu cabang dari cara berpikir kreatif seperti yang dilakukan Einstein dan leonardo Davinci. Berikut Pendekatan2 yang di adopsi dari pemikiran Michael Michalko :

1. Be Distinctive. Dengan Mengamati persoalan kita dengan berbagai cara yang berbeda! Davinci melakukannya dengan menyusun ulang masalah2 dengan pendekatan yang berbeda2 untk memperkaya pengetahuan.

2. Be Imaginative. yang seperti ini seringkali di lakukan Einstein dalam memikirkan suatu masalah dengan dg mencorat-coret sebuah diagram hingga tergambar solusinya.

3. Be Productive. lakukan hasilkan, jangan takut gagal ini pesan dari para pemangku label kereatifitas seperti Edison yang memegang 1.093 hak paten. tidak hanya karya2 yang berhasil tapi juga karya2 yang gagal jadi koleksinya.

4. Be Combinative. Tidak peduli kalau nantinya akan berbuntut keanehan atau satu ketidakwajaran, kadang saya juga merasa heran mengingat fenomena simpangsiur keberadaan otak tengah, bukannya orang dari medis yang membongkar tapi malah orang dari bidang yang jauh2 dari dunia medis berani meluncurkan buku tentang kebohongan tentang keberadaan otak tengah (kenapa bukan dokter bedah atau kalangan medis...??)

5. Be Connective. Bentuklah hubungan2  yang sekalipun terdapat perbedaan2 yang mencolok, archimedes bisa di jadikan contoh denga 'eureka 'nya..

6. Be Contrary, nah yang satu ini yang saya maksud dari ungkapan seorang Scott dan Neils Bohr yang keduanya melahirkan konsep yang saling melengkapi.

7. Be Metaphoric. Aristoteles menganggap Perumpamaan sebagai tanda kegeniusan. Menurutnya tiap orang memiliki bakat khusus seandainya ia sanggup menghubungkan dua hal yang berbeda menjadi satu persamaan. ambil Wright bersaudara sebagai contohnya yang menghubungkan sepeda, pesawat peluncur dan pesawat terbang.

8. Be Proactive. terakhir persiapkan diri anda untuk menerima kegagalan demi kegagalan, karena kegagalan bisa berarti produktif, yaaa... hanya tinggal waktu saja, kita bisa menggunakan pendekatan2 lain asalkan jangan terpaku pada hal itu2 saja...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun