Perbincangan tentang pidato Presiden Prabowo menurut Muhammad Akbar Supratman bukan hanya soal pokok pikiran Presiden Prabowo yang disampaikan lewat podium yang terhormat tersebut, namun juga soal sikap sebuah bangsa yang berdaulat serta tentang kelangsungan sejarah Indonesia.
Hampir sepekan ini media sosial dan ruang maya diramaikan oleh perbincangan soal pidato monumental yang disampaikan oleh Presiden Prabowo dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (SMU PBB), pidato tersebut tercatat sebagai pidato pertama Presiden Indonesia setelah satu dekade penuh Presiden sebelumnya absen dalam sidang PBB.
Perbincangan tentang pidato Presiden Prabowo menurut Muhammad Akbar Supratman bukan hanya soal pokok pikiran Presiden Prabowo yang disampaikan lewat podium yang terhormat tersebut, namun juga soal sikap sebuah bangsa yang berdaulat serta tentang kelangsungan sejarah Indonesia.
"Dahulu kita bangga dengan pidato Bapak Proklamator kita, Presiden Soekarno yang menghentak dunia, dan hari ini proses regenerasi historis itu terjadi lewat pidato fenomenal dan bersejarah yang tidak hanya menampakkan ketegasan sikap namun juga kecerdikan diplomatis Presiden Prabowo." Ucap Muhammad Akbar Supratman, Wakil Ketua MPR RI
Presiden Prabowo Subianto menyampaikan dua pidato dalam lawatannya ke sidang PBB, pidato pertama disampaikan Presiden Prabowo dalam sidang KTT Palestina di PBB di hadapan Presiden Republik Perancis Emmanuel Macron, Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, Menteri Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi, dan seluruh perwakilan negara bangsa yang menjadi anggota PBB. Pidato kedua yang merupakan pidato kunci disampikan Presiden Prabowo dalam sidang Ke-80 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di hadapan seluruh pemimpin dan masyarakat dunia.
Pidato Presiden Prabowo dalam Majelis Umum PBB tersebut dalam penilaian Muhammad Akbar Supratman hendak mengirim pesan ke seluruh telinga dan hati para pemimpin dunia untuk berpihak pada kebenaran dan menjunjung tinggi kesetaraan manusia sebagai prinsip dasar dalam mewujudnyatakan perdamaian dunia,
"Pidato yang disampaikan Presiden Prabowo bukan sekadar pernyataan politik belaka, namun berakar pada perenungan mendalam tentang prinsip moral juga tanggung jawab internasional". Tulis Muhammad Akbar Supratman
Indonesia tentu saja tidak hanya sekadar menjadi suara moral yang menyadarkan banyak pemimpin dunia di PBB tentang duka rakyat Gaza, konflik berdarah di tepi Barat serta perang di negara-negara Timur tengah, tetapi juga Indonesia sebagai aktor yang telah berkontribusi banyak bagi tercapainya perdamaian dan stabilitas internasional.
Diplomasi Dingin Dan Cerdik Presiden Prabowo
Muhammad Akbar Supratman memandang Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (SMU PBB) secara tidak langsung menjadi arena uji kualitas diplomasi para Pemimpin dunia. Presiden Prabowo melalui pidato fenomenal menunjukkan kelasnya sebagai salah satu pemimpin dunia dengan strategi diplomasi yang menekankan keseimbangan antara prinsip moral dan kepentingan politik dua negara/bangsa, strategi yang realistis dan berkeadilan ini menjadi bahasa diplomasi yang mudah dipahami dan diterima oleh banyak pihak, maka tidak mengherankan jika diplomasi dingin Presiden Prabowo yang termanifestasi dalam pidatonya mendapatkan sambutan yang meriah juga acungan apresiasi dari banyak pemimpin dunia termasuk dari Presiden Amerika Serikat dan PM Israel Benjamin Netanyahu yang menyiratkan posisi Indonesia dapat menjadi suara penengah yang menentukan dalam solusi konflik Israel Palestina karena posisi sentral Indonesia sebagai Negara Mayoritas Muslim terbesar di dunia.
"Strategi diplomasi yang cenderung dingin namun efektif yang dituntun oleh suara kesetaraan dan keadilan menjadi gaya diplomasi yang selalu dinantikan banyak pemimpin dunia yang muak dengan model diplomasi yang culas dan ingin menang sendiri, seperti yang diserukan Presiden Prabowo bahwa kita harus menghapus doktrin bahwa yang kuat bisa menentukan apapun sementara yang lemah hanya bisa diam dan tertindas, doktrin tersebut harus diganti dengan paham bahwa yang kuat tidak selalu benar dan yang benar tetaplah benar meskipun itu datang dari pihak yang lemah" Ungkap Muhammad Akbar Supratman
Diplomasi Indonesia abad ke-21 menegaskan pendekatan yang realistis, pluralis dengan komitmen moral sebagai fondasi utama untuk menghadapi tantangan geopolitik global, sekaligus menunjukkan bahwa negara seperti Indonesia yang konsisten pada prinsip keadilan dan kemanusiaan universal dapat menjadi penengah yang kredibel dalam konflik internasional yang kompleks. Pendekatan realistis dari strategi diplomasi Presiden Prabowo terlihat dalam tawaran solusi dua negara (Two State Solution) yang menekankan keseimbangan antara hak Palestina untuk merdeka dan hak Israel untuk hidup aman.
*ditulis oleh Taufiqurrahman (Aktivis Muhammadiyah)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI