Bahan Bakar Puisi: Catatan tuk Mas Abdul
Kata Mas Abdul Kompasiana.
Ia agaknya perlu baca resep
 tentang bahan bakar puisi.
Walau ianya cakap dalam diksi
dan juga cerpen, tulisannya menawan.
Beberapa orang menyebut, esai lepas, cenderung puitis, sastrawi, walau tidak mutlak begitu. tapi itu benar.
Maka mungkin saja, dalam berpuisi
dan menulis umumnya memerlukan bahan bakar. Rasa bebas, ekspresi lepas, impresi dan pengalaman pengalaman yang dimanifestasikan.
Mungkin mesti dicerna dulu, bahan bakar itu apakah sama dengan motivasi?
Atau bahan bakar itu semacam daya tahan untuk terus menulis, Â dan bukan sekadar dorongan: Karena banyak yang dapat menulis, namun mereka tidak tahan berlama melakukannya.
Ibarat motor, mungkin, motivasi itu starternya, bahan bakarnya bensin. atau dibalik juga bisa.
Sebab menurutku tidak sama antara motivasi dan bahan bakar dalam berpuisi, bagai asap dan kabut, sama sama menggumpal dan mengambang di udara, tapi efek rasanya beda.
Jadi bahan bakarnya apa, ya?
Bagiku, bahan bakar utamanya, puisi juga, dengan studi komparasi, kerennya begitu, terhadap karya puisi-wan lainnya, sehingga kita punya rumpunan gagasan dan kesan kesan baru, mendapat sambungan sinapsis baru di saraf bahasa.
Lainnya?
seperti tersebut di atas: rasa bebas, mencipta gagas (an), kreasi mental, eksperi diri, pengalaman, peristiwa dan harapan harapan diaduk di cangkir eksperimen: dalam sebaris kalimat atau berbait bait.sampai akhirnya lengkap sebagai puisi.Â