Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Level Kreativitas Versi 4.0, Seberapa Penting?

28 Juli 2021   20:06 Diperbarui: 28 Juli 2021   20:22 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Level Kreativitas Versi  4.0

_Sumber daya alam mungkin saja akan habis/berkurang, tapi hasil pikir manusia dan cara dia mengeksplorasi nalar dan pengalamannya akan terus berkembang__

Daya kreatif selalu dibutuhkan. Daya itu tumbuh dan mengembang dalam konsep diri dan lingkungan hidup seseorang. Secara azali, daya kreatif adalah Cara Allah Mengajari manusia bagaimana memakmurkan bumi, agar manusia mencapai kebaikan, keseimbangan hidup dan mengenal hakikat penciptaannya.

Manusia di abad industri 4.0 semakin membutuhkan konsolidasi kreativitas yang lebih intens. Kreativitas menjadi softwer kemajuan dan perbaikan hidup masyarakat, dari skala individu ke problem kenegaraan.

Kreativitas 4.0 tidak lagi bertumpu pada produk dan koneksi semata. Tapi juga pada interkoneksi dari ragam sumber daya kreativitas, dengan tujuan agar hasil kreatif itu semakin aplikatif,  mudah dinikmati, semakin ekonomis/menguntungkan dan  berdampak secara sosial.

Kreativitas 4.0 berpusat pada cara pandang diri terhadap lingkungannya yang berubah semakin cepat dengan beragam pergeseran nilai nilai sosial. Sumber daya alam mungkin saja akan habis/berkurang, tapi hasil pikir manusia dan cara dia mengeksplorasi nalar dan pengalamannya akan terus berkembang.

Untuk itu, kehidupan seni-budaya, literasi, media, pariwisata, kuliner,  sains teknologi terapan termasuk ranah industri kreatif 4.0. Kesemuanya masih bertumpu pada nilai lokal/rumah tangga, lini yang menjadi penyangga kreativitas masyarakat.

Adapun pendidikan, negara, birokrasi dan pabrik pabrik besar, umumnya condong terbius pada formalistik, prosedural dan kepentingan temporal, sehingga justeru tidak  mematangkan rangsangan kreatif yang dimaksud.

Hal tadi, bila tidak kita atasi, akan  menjadikan kita HANYA sebagai masyarakat pengguna/kelas pekerja tanpa menyisakan karya karya besar/inovasi/penemuan yang berdampak bagi kehidupan luas, lihatlah aplikasi aplikasi dan start up modern yang kita konsumsi, umumnya bukan merek lokal.

Taufik Sentana
peminat studi sosial dan kreativitas

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun