Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Menakar Nilai Sekumpulan Puisi?

25 Juli 2021   08:56 Diperbarui: 26 Juni 2022   03:06 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Berapa Nilai Sekumpulan Puisi?

Puisi adalah kompilasi interaksi antarperistiwa dan pengalaman estetik si penyair, kataku. Mungkin harganya hanyalah makna dari peristiwa tadi yang berubah ke wujud  baru (siapa peduli?) dan menuju kebadiannya sendiri.

Kemarin kubaca kilasan pengantar buku puisi Jokpin (Joko Pinurbo, 2020), "Perjamuan Khong Guan", yang diantara isi kaleng" puisinya tentang rindu rindu yang membatu.

Katanya, kumpulan puisi itu ia rampungkan dalam masa tiga tahun: untuk riset, pemaknaan dan eksekusi estetik. Cukup lama untuk selevel Jokpin, tapi itulah harga sebait puisi.

Atau bahkan bisa lebih lama dari itu, atau seperti "Boeah Rindoe" Amir Hamzah, disebab cintanya yang tak sampai. Atau seperti musikalisasi puisi Lautan Jilbab Emha era 90an, saat orang orang masih ramai menolak jilbab sebagai trend nasional. Atau pembacaan puisi oleh Rendra alm, saat itu, senilai 25 juta, itu nilai fantastis jelang tahun 90an.

Begitulah, puisi dengan makna dan peristiwa di dalamnya membawa maknanya sendiri. Bait bait puisi itu
memiliki harga spesialnya, paling tidak dari perspektif personal si penyair.

"Aku bisa meminta sebuah rumah untuk puisi yang aku ciptakan", Kata Rendra pula, puluhan tahun silam, saat membaca buku sastra di perpustakaan utama Sumatera Utara. Alasan Rendra, menulis puisi, menghasilkan karya wujud puisi adalah pekerjaan, bahkan diantara pekerjaan yang paling mulia bila karya itu relevan dengan idealita zaman dan perbaikannya, "Puisi itu daya hidup," katanya pula.

Berapakah nilai/ harga dari daya hidup?
tanyaku padamu......

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun