Mohon tunggu...
Taufiq Luthfi N
Taufiq Luthfi N Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Semester 4 (2025)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Integrasi Keamanan dalam DevOps: Tantangan dan Solusi DevSecOps

6 Mei 2025   03:23 Diperbarui: 6 Mei 2025   03:23 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam era digital yang ditandai dengan percepatan inovasi teknologi dan ketergantungan tinggi terhadap sistem perangkat lunak, keamanan informasi telah menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditawar. Di tengah kebutuhan untuk terus mempercepat siklus pengembangan perangkat lunak, pendekatan DevSecOps hadir sebagai paradigma baru yang mencoba menyatukan kecepatan pengembangan dengan prinsip-prinsip keamanan sejak awal proses. Namun, seperti yang diungkap dalam artikel "Challenges and Solutions when Adopting DevSecOps: A Systematic Review," integrasi keamanan dalam praktik DevOps bukanlah perkara sederhana.

DevSecOps bertujuan mengubah paradigma keamanan dari proses terpisah di akhir pengembangan menjadi bagian integral dari seluruh siklus hidup perangkat lunak. Namun, hasil tinjauan sistematis dari 62 studi dalam artikel ini menunjukkan bahwa organisasi masih menghadapi berbagai tantangan besar saat mengimplementasikan DevSecOps, khususnya dalam konteks keamanan perangkat lunak. Tantangan tersebut bukan hanya bersifat teknis, tetapi juga mencakup aspek budaya, proses, dan keahlian manusia.

Salah satu tantangan utama adalah kurangnya integrasi otomatisasi keamanan dalam pipeline pengembangan. Banyak tim pengembang masih mengandalkan proses manual untuk pengujian keamanan, yang menyebabkan deteksi kerentanan menjadi terlambat dan menimbulkan risiko besar terhadap sistem. Ketika keamanan tidak terotomatisasi dan tidak terintegrasi ke dalam proses CI/CD (Continuous Integration/Continuous Deployment), maka upaya pengembangan cepat justru membuka celah keamanan yang sangat rentan disalahgunakan.

Masalah lainnya adalah keterbatasan keahlian keamanan dalam tim DevOps. Tim pengembang umumnya terlatih untuk mengoptimalkan fungsionalitas dan efisiensi sistem, sementara aspek keamanan sering kali dianggap sebagai tanggung jawab tim yang berbeda atau bahkan sebagai hambatan terhadap kecepatan. Ketimpangan pemahaman ini menyebabkan munculnya kesenjangan dalam praktik DevSecOps, di mana kontrol keamanan yang seharusnya diimplementasikan sejak awal justru terabaikan.

Kultur kerja juga menjadi faktor penting yang mempengaruhi efektivitas adopsi DevSecOps. Budaya DevOps yang menekankan kecepatan dan iterasi cepat kadang-kadang bertabrakan dengan kebutuhan akan evaluasi keamanan yang menyeluruh. Ketika keamanan dianggap sebagai beban tambahan daripada sebagai nilai fundamental, maka organisasi akan kesulitan membangun sistem yang benar-benar aman. Oleh karena itu, kesadaran keamanan perlu ditanamkan dalam seluruh tim, bukan hanya di unit tertentu saja.

Selain itu, tantangan teknis lainnya muncul dari kompleksitas alat-alat keamanan yang digunakan. Banyak organisasi menggunakan berbagai macam alat seperti Static Application Security Testing (SAST), Dynamic Application Security Testing (DAST), dan Interactive Application Security Testing (IAST), namun alat-alat ini sering kali tidak memiliki interoperabilitas yang baik. Kurangnya standarisasi dan integrasi antara alat-alat tersebut memperumit pengelolaan pipeline keamanan, bahkan kadang menghambat kecepatan delivery perangkat lunak.

Meskipun menghadapi berbagai hambatan, artikel ini juga menguraikan sejumlah solusi yang telah diuji dan dianalisis dari literatur yang ada. Salah satu pendekatan efektif adalah penerapan konsep "Security as Code," di mana kebijakan dan pengujian keamanan dikodekan secara otomatis dalam pipeline. Ini memungkinkan keamanan menjadi bagian dari siklus otomatis pengembangan dan deployment, sehingga meminimalkan ketergantungan pada pemeriksaan manual yang cenderung lambat dan rawan kesalahan.

Solusi lainnya adalah dengan mengedepankan pelatihan dan edukasi keamanan kepada semua anggota tim DevOps. Ketika semua pihak memiliki pemahaman yang memadai tentang prinsip-prinsip dasar keamanan perangkat lunak, maka kolaborasi antar tim dapat dilakukan secara lebih efektif. Pelatihan ini tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga mencakup pemahaman tentang pentingnya keamanan sebagai prioritas bisnis.

Penerapan alat-alat keamanan yang lebih terintegrasi dan kompatibel dengan lingkungan DevOps juga menjadi rekomendasi penting. Organisasi perlu memilih alat yang mampu mendeteksi kerentanan tanpa mengganggu alur kerja pengembangan. Hal ini mencakup pemanfaatan API yang mendukung integrasi langsung dengan pipeline CI/CD serta kemampuan untuk menghasilkan laporan keamanan yang dapat ditindaklanjuti secara langsung.

Selain dari sisi teknis, perubahan budaya organisasi juga diperlukan untuk menyukseskan implementasi DevSecOps. Keamanan harus menjadi bagian dari nilai-nilai inti dalam proses pengembangan, dan hal ini hanya dapat tercapai apabila kepemimpinan perusahaan memberikan dukungan penuh serta membangun struktur kolaboratif yang menghargai keamanan sebagai bagian dari kualitas produk.

Yang tidak kalah penting adalah penerapan prinsip monitoring dan evaluasi berkelanjutan. Proses keamanan tidak berhenti setelah deployment, melainkan harus terus berlangsung melalui pemantauan sistem secara real-time, penilaian risiko berkala, serta pembaruan kebijakan keamanan sesuai dengan ancaman baru yang terus berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun