Dalam dunia rekayasa perangkat lunak (RPL), pemahaman yang mendalam terhadap kebutuhan pengguna adalah faktor kunci dalam menciptakan sistem yang efektif dan efisien. Artikel "Hermeneutical Engineering of Requirements" karya Wagner Varalda dan Ítalo S. Vega membawa perspektif baru dengan mengusulkan pendekatan hermeneutika dalam Requirements Engineering (RE). Ini adalah sebuah terobosan yang menarik, tetapi juga menghadirkan tantangan dalam implementasinya. Dalam opini ini, saya akan mengulas keunggulan serta tantangan dari konsep ini, serta bagaimana pendekatan ini dapat berkembang ke depan.
Memahami Esensi Hermeneutical Engineering of Requirements
Hermeneutika, sebagai cabang filsafat yang berfokus pada interpretasi dan pemahaman makna, umumnya digunakan dalam bidang humaniora. Namun, artikel ini mengusulkan bahwa pendekatan hermeneutika dapat membantu tim pengembang perangkat lunak memahami kebutuhan bisnis dan pengguna secara lebih mendalam.
Pendekatan ini didasarkan pada konsep Dasein dari Martin Heidegger, yang menekankan bahwa eksistensi manusia tidak hanya sekadar "ada" dalam dunia, tetapi juga berinteraksi secara aktif dengan lingkungannya. Dalam konteks RPL, Dasein dapat diterjemahkan sebagai cara seorang analis memahami kebutuhan pengguna dengan tidak hanya melihat permintaan eksplisit, tetapi juga mempertimbangkan aspek sosial, budaya, dan historis yang memengaruhi kebutuhan tersebut. Selain itu, artikel ini juga membahas Hermeneutic Circle, yang menekankan bahwa pemahaman adalah proses siklus yang terus berkembang, di mana interpretasi awal dapat diperbaiki dengan pemahaman yang lebih mendalam seiring waktu.
Kelebihan Pendekatan Hermeneutika dalam RE
Salah satu keunggulan utama dari pendekatan ini adalah kemampuannya untuk menggali kebutuhan pengguna secara lebih holistik. Dalam praktik tradisional, RE sering kali hanya berfokus pada spesifikasi yang eksplisit, seperti kebutuhan fungsional dan non-fungsional yang tertulis dalam dokumen. Namun, pendekatan hermeneutika memungkinkan analis untuk memahami konteks yang lebih luas, termasuk bagaimana pengguna sebenarnya berinteraksi dengan sistem dan tantangan yang mereka hadapi dalam dunia nyata.
Selain itu, metode ini dapat membantu mengurangi kesalahan dalam interpretasi kebutuhan. Salah satu penyebab utama kegagalan proyek perangkat lunak adalah ketidaksesuaian antara kebutuhan pengguna dan solusi yang dikembangkan. Dengan menggunakan metode interpretatif yang lebih mendalam, peluang kesalahpahaman dapat dikurangi, sehingga menghasilkan perangkat lunak yang lebih sesuai dengan kebutuhan bisnis.
Dari sisi metodologi, artikel ini juga menawarkan konsep Hermeneutical Engineering of Requirements (HER) yang terdiri dari tiga tahap utama: identifikasi perbedaan situasional, pemeriksaan perbedaan situasional, dan spesifikasi kebutuhan. Pendekatan bertahap ini dapat membantu dalam mengorganisir proses RE agar lebih sistematis dan berbasis pemahaman yang lebih dalam.
Tantangan dalam Implementasi
Meskipun konsep ini menjanjikan, ada beberapa tantangan besar yang perlu diatasi sebelum pendekatan ini dapat diterapkan secara luas dalam industri RPL.