Mohon tunggu...
Taufiq Kurniawan
Taufiq Kurniawan Mohon Tunggu... -

Bukan siapa-siapa, hanya ingin belajar dan terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bisa, Bisa, Bisa !!!

26 Februari 2016   21:22 Diperbarui: 26 Februari 2016   22:00 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah yel-yel penyemangat  yang menggertak dari 3 kata yang sama, tetapi mempunyai energi yang luar biasa ketika seseorang mengucapkannya dengan penuh semangat dan keyakinan. Apa yang sebenarnya diinginkan seseorang adalah ketika dia berani mengucapkannya dengan lantang, tanpa rasa ragu dan dengan semangat yang tanpa batas. Walaupun mungkin saat ini dia tidak tahu bagaimana mewujudkan keinginannya, tapi dia yakin suatu saat nanti, entah cepat atau lambat, pasti akan terwujud. Inilah yang namanya semangat, motivasi diri. :-)

Semangat yang seperti inilah yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang, tidak terkecuali oleh seorang guru. Guru dalam istilah bahasa jawa adalah yang digugu dan ditiru, artinya seorang guru harus bisa menjadi teladan bagi anak didiknya. Menjadi panutan dan rujukan dimana seorang murid bisa menemukan sosok untuk acuan, bagaimana dia berfikir dan bersikap dalam kehidupan sehari-hari. Seorang guru sudah sepantasnya bisa menularkan dan memberi semangat kepada seluruh anak didiknya dengan tanpa memandang apakah anak didik tersebut mendapat nilai matematika 9 atau tidak. Karena setiap manusia memiliki potensi kecerdasannya masing-masing. Sejalan dengan hal tersebut, Howard Gardner, seorang tokoh pendidikan dan psikolog dalam bukunya yang berjudul Frames of Mine: Teory Multiple Intelegences tahun 1983 dan 1990, menyatakan sedikitnya ada 8 tipe kecerdasan. Yaitu: 1. Kecerdasan Bahasa atau linguistik, 2. Kecerdasan Logika matematika, 3. Kecerdasan Intrapersonal, 4. Kecerdasan Interpersonal, 5. Kecerdasan Musik atau musikal, 6. Kecerdasan Visual dan kecerdasan Spasial, 7. Kecerdasan Kinestetik, 8. Kecerdasan Alam atau kecerdasan Naturalis.

Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap orang (red.anak didik) itu adalah unik, atau memiliki caranya sendiri untuk berkembang dan mewujudkan apa yang diinginkannya (cita-cita). Tetapi anehnya, sebagian besar dari mindset guru di negara tecinta kita ini, masih menganggap seorang murid yang mendapat nilai matematika 9 diangap yang cerdas, kemudian yang dapat nilai 6 dianggap bodoh. Hanya sebatas aspek penilaian kognitif pada mata pelajaran tertentu. Padahal tidak demikian kalau kita mau mencermati dari penelitian yang dilakukan oleh Howard Gardner di atas.

Sebenarnya persoalan ini bukanlah persoalan yang baru, akan tetapi untuk menyadari hal tersebut nyatanya tidaklah mudah. Dibutuhkan perubahan mindset secara menyeluruh, tidak hanya dari seorang guru saja, tapi semua stakeholder pendidikan. Dari tingkat atas sampai ujung tombak pendidikan itu sendiri, yang ahirnya akan melahirkan kebijakan dan sistem pendidikan yang baru.  

Sudah saatnya para guru di Indonesia menyadari bahwa selama ini telah dinina bobokkan oleh sebuah mindset yang salah.  Dari semangat dan juga keteladanan yang dimiliki seorang guru, kemudian bisa menularkannya ke peserta didik, dengan penuh kesadaran dan perubahan mindset bahwa setiap individu itu bisa berkembang dengan potensi masing-masing, tidak berlebihan jika dikatakan Indonesia bisa mewujudkan sebuah “Generasi Emas” yaitu generasi yang berkarakter, cerdas, dan kompetitif.

Bisa, bisa, bisa !!!


Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun