"Jurus kuno yang bikin warga 'merdeka' dari krisis air, mungkinkah panen air hujan jadi jawaban atas ironi banjir dan kekeringan yang tak pernah usai?"
Beberapa hari di tahun 2013 itu terasa seperti kembali ke masa lalu, setidaknya secara visual. Saat itu saya sedang melakukan penelitian sosial ekonomi di Wonogiri. Pemandangan pedesaan yang asri, kebun jagung di lahan kering, hingga sapi-sapi yang merumput di lereng bukit.Â
Semuanya terlihat normal, sampai akhirnya saya melihat sebuah mobil tangki besar mengantri di depan rumah warga. Di belakangnya, ada beberapa jeriken dan ember kosong. Ternyata, mobil itu bukan sedang mengantar bahan bakar, tapi air.
Sembari mengamati, saya berinteraksi dengan salah satu warga. Dengan senyum ramah, beliau menjelaskan kalau mereka memang sering membeli air, terutama untuk minum dan kebutuhan sehari-hari. Uniknya, hampir setiap rumah di sana sudah punya bak penampungan air yang sangat besar, sebagian bahkan permanen dari beton.Â
Bak itu mereka gunakan untuk menampung air hujan saat musim hujan tiba. Tapi airnya hanya bisa bertahan beberapa minggu atau paling lama beberapa bulan. Sisanya, ya terpaksa harus beli dari mobil tangki, bahkan untuk kebutuhan ternak mereka yang harganya juga tidak murah.Â
Melihat mereka menampung air hujan secara sederhana, pertanyaan pun muncul di benak saya: apakah air hujan yang ditampung oleh masyarakat Wonogiri aman untuk dikonsumsi?
Saya sadar, saat itu metode yang mereka pakai masih sebatas 'menampung', belum sampai ke tahap 'memanen'. Hal itu yang jadi pembeda.
Krisis Air, Dulu dan Kini
Tahun demi tahun berlalu, cerita dari Wonogiri itu sesekali terlintas di pikiran. Ternyata, masalah yang sama juga terjadi di banyak daerah lain.Â
Setiap musim kemarau, laporan tentang kekeringan, kesulitan air bersih, dan antrean panjang warga untuk mendapatkan air menjadi berita yang rutin. Masalahnya bukan lagi sekadar tidak ada air, tapi juga soal akses, kualitas, dan ketersediaannya.Â
Di sisi lain, saat musim hujan tiba, kita justru dihadapkan pada masalah kelebihan air, yaitu banjir dan genangan. Ini seperti ironi alam, air datang melimpah tapi tidak bisa dimanfaatkan, bahkan justru jadi bencana.