Mohon tunggu...
Taufiq Agung Nugroho
Taufiq Agung Nugroho Mohon Tunggu... Asisten Peneliti

Seorang bapak-bapak berkumis pada umumnya yang kebetulan berprofesi sebagai Asisten Peneliti lepas di beberapa lembaga penelitian. Selain itu saya juga mengelola dan aktif menulis di blog mbahcarik.id

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bisa Dilihat dari Matanya? Ini Fakta Ilmiah soal Tatapan Psikopat

5 Juli 2025   08:25 Diperbarui: 3 Juli 2025   09:27 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Benarkah tatapan mata bisa jadi petunjuk tersembunyi untuk mengenali sosok psikopat? Begini penjelasan ilmiahnya!"

Kita pasti sering dengar celetukan, "Dari matanya aja udah keliatan". Atau, "Mata itu enggak bisa bohong, jendela jiwa katanya." Memang sih, mata punya daya pikat luar biasa. Sorotnya bisa menceritakan banyak hal. Bahagia, sedih, marah, atau bahkan menyimpan misteri yang bikin penasaran setengah mati. Tapi, kalau soal membaca gelagat seseorang yang katanya psikopat hanya dari matanya, apa iya seakurat itu? Bisa jadi detektor berjalan gitu?

Fenomena tentang psikopat ini memang selalu bikin penasaran, dan kadang bikin merinding. Di film atau serial, kita sering disuguhi sosok psikopat yang tatapannya dingin, menusuk, dan bikin bulu kuduk berdiri. Makanya, tak sedikit dari kita yang otomatis merasa bisa nge-detect kalau ada gelagat aneh dari sorot mata seseorang. Tapi benarkah sains mendukung klaim populer ini? Mari kita ngintip sedikit apa kata penelitian.

Benarkah Bisa Membaca Psikopat dari Mata?

Sebelum jauh-jauh membahas soal mata, ada baiknya kita pahami dulu sedikit tentang psikopat ini. Dalam kacamata awam, psikopat sering digambarkan sebagai individu yang sama sekali tidak punya perasaan, alias batu. Mereka sering digambarkan sebagai sosok yang egois, antisosial, dan yang paling horor, tidak punya rasa penyesalan atau empati. Bayangkan saja, bagaimana rasanya hidup tanpa bisa merasakan kesedihan atau penderitaan orang lain? Pasti ngeri, kan? Konon, kondisi ini seringkali berakar dari masalah emosional di masa kecil, seperti kurangnya kasih sayang atau penolakan.

Nah, dari situlah muncul pertanyaan besar, kalau mereka memang 'beda', apa perbedaannya juga tercermin secara fisik, khususnya di mata? Kita semua tahu, mata itu organ yang rumit. Selain buat melihat, pupil mata juga secara otomatis bereaksi terhadap emosi. Misalnya, kalau kita kaget atau takut, pupil kita cenderung membesar. Ini semacam respons alami tubuh yang siap siaga. Tapi, bagaimana kalau seseorang memang 'dirancang' tanpa kemampuan merespons emosi seperti itu?

Baca juga: Ketenangan Hati dan Jiwa, Barang Langka di Zaman Bising Ini?

Studi Ilmiah Membongkar Rahasia Pupil yang 'Beda Sendiri'

Ternyata, para ilmuwan juga penasaran banget soal ini. Ada beberapa penelitian yang mencoba menguak misteri di balik tatapan mata individu dengan ciri-ciri psikopati. Salah satu temuan yang cukup menarik adalah soal respons pupil mata.

Dilansir dari Babel Insight, ada sebuah studi menarik dari Universitas Cardiff dan Swansea di tahun 2018 yang meneliti para pria dengan gangguan mental, termasuk mereka yang punya ciri-ciri psikopati. Hasilnya cukup mengejutkan! Ketika orang pada umumnya melihat gambar atau mendengar suara yang memicu rasa takut atau ancaman, pupil mata mereka akan membesar. Ini adalah respons fisiologis tubuh yang normal, semacam alarm otomatis.

Namun, mengacu pada studi yang juga dikutip oleh CNBC Indonesia, pupil mata individu dengan ciri psikopati justru menunjukkan reaksi yang berkurang, atau bahkan tidak ada perubahan sama sekali, saat diperlihatkan stimulus yang menakutkan. Bayangkan, melihat gambar yang bikin orang lain jerit ketakutan, tapi pupil mereka tetap anteng-anteng saja. Ini bukan berarti mereka berani, tapi lebih ke arah ketidakmampuan sistem saraf mereka untuk merespons emosi negatif seperti ketakutan atau ancaman.

Implikasinya? Ini bisa jadi cerminan bahwa ada 'korsleting' di bagian otak yang mengatur emosi, seperti amigdala. Kalau seseorang tidak bisa merespons rasa takut atau ancaman pada level fisiologis, tentu saja mereka juga kesulitan merasakan empati atau penyesalan saat berbuat 'nakal'. Mereka tidak merasakan konsekuensi emosional yang sama seperti kita.

Tatapan Dingin dan Kontak Mata Penuh Taktik, Bukan Sekadar Mimik Biasa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun