Seorang customer ojek daring yang berkeluh kesah tentang pelayanan ojek daring yang menurutnya "tidak sesuai pesanan" kerap saya dengar. Saya telah beberapa kali membaca kisahnya, yang diposting di kanal-kanal berita dan ditulis di kolom-kolom komentar. Tetapi, satu cerita keluh kesah customer, yang membuat saya merasa ingin menghadirkannya di sini, benar-benar terjadi di depan mata saya sendiri.
Satu malam, sebelum jarum jam di tangan saya singgah di angka 10. Beberapa belas hari yang lalu...Â
Malam itu, sebelum saya mencapai pintu kamar kostel, saya secara tidak sengaja menjumpai satu kisah pelanggan yang sedang berkeluh kesah, di parkiran mobil, di halaman kostel. Seperti yang saya tulis di atas; menurut si customer, barang yang ia terima "tidak sesuai pesanan".
Kesalahan pesanan itu, paling tidak menurutku sendiri, (sebenarnya) tidak terlalu fatal, tidak penting untuk dipermasalahkan, dan sangat sepele. Tetapi, ya itu tadi, sepele menurut saya tetapi ternyata tidak untuk orang lain.
Jenis minumannya sudah benar. Merek minumannya benar. Tempat membelinya benar. Jumlahnya benar. Yang salah adalah: dikirimkannnya minuman pesanan itu dalam keadaan tidak dingin. Padahal, yang dipesannya adalah dingin!
Tetapi, kembali lagi, meski tampak sepele menurut saya, ternyata saya baru tahu bahwa perkara dingin dan tidak dingin ternyata bisa menjadi urusan sangat penting untuk sebagian orang. Â
"Saya tidak mau menerima. Tolong kembalikan, ya!"
"Maaf, bu. Tapi, yang ibu pesan ini adalah last order. Tadi sudah hampir tutup, bu."
"Terserah. Pokoknya, saya tidak mau menerima. Tolong dikembalikan saja!"
"Saya akan memberikan bintang 1. Ingat ya itu!"
"Baik, bu. Saya minta maaf. Tetapi, jika boleh, saya minta tolong jangan diberikan bintang satu ya bu!" kata driver daring itu memohon.