Itulah sedikit kendala dari banyak kendala-kendala yang menyebabkan mengapa para investor investor merasa "enggan" berinvestasi di PLTP. Belum lagi berbicara soal  lain, seperti; penolakan dari masyarakat atau organisasi perlindungan lingkungan.
Bagaimana dengan PLTS? Jawabannya juga sama (secara umum).
Selain masalah lahan, ada begitu banyak sebab mengapa PLTS (di Indonesia) berjalan sangat lambat. Kendala-kendala itu, diantaranya adalah; kualitas sinar matahari (hanya menghasilkan listrik pada siang hari, tetapi tidak malam hari), biaya investasi yang relatif tinggi, teknologi, dan lain-lain.
Suatu kali, setelah memeroleh notifikasi undangan untuk ikut serta dalam pengadaan pengembangan PLTS secara tertutup, kami langsung melakukan serangkaian studi, survei, pertemuan-pertemuan, dan menyiapkan proposal. Direktur dan para manager sudah mengadakan beberapa pertemuan dengan wakil perusahaan solar power panel dari luar negeri untuk mematangkan proposal, termasuk beberapa presentasi. Tetapi, saya hampir tidak tahu, entah mengapa, tender mendadak dibatalkan. Apakah kami rugi? Jelas!
***
Teknologi dan investasi di bidang energi terbarukan sendiri, diluar negeri, sudah tumbuh sangat mencengangkan. Investasi global di sektor pada tahun 2015 dikabarkan sudah mencapai nilai US$312.2 Milyar. China adalah negara yang paling mengagumkan - saya kira. Nilai investasinya dikabarkan sudah mencapai lebih dari US$300 Milyar.
Akhirnya; semoga Investasi US$20 miliar pemerintah Uni Emirat Arab berencana dapat berjalan mulus. Bukan sekedar komitmen atau rencana-rencana yang setengah matang. Kita sangat memerlukan investasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dan, agar cerita bagaimana para pencari kerja (lulusan) teknik menemukan kembali dunianya bisa dikisahkan kembali.