Mohon tunggu...
Taufiq Rahman
Taufiq Rahman Mohon Tunggu... Administrasi - profesional

Menyukai sunyi dan estetika masa lalu | Pecinta Kopi | mantan engineer dan titik titik...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Apakah Kepercayaan yang Telah Ambruk Bisa Dibangun Kembali?

7 Agustus 2020   20:39 Diperbarui: 9 Agustus 2020   05:37 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi teman yang sudah tidak lagi dipercaya. (sumber: ALAMY PHOTO via kompas.com)

Tanpa kepercayaan, kita tidak bisa 'hidup' sebab mustahil kita bisa hidup tanpa sedikitpun bantuan atau peran orang lain. Kita bergantung kepada orang lain untuk menyelesaikan semua pekerjaan.

Siapa pun kita, apapun pekerjaan kita, saat kita menginginkan mau membangun relasi, dalam bidang apa pun dalam kehidupan kita, kita harus mempunyai bangunan kepercayaan terlebih dahulu. 

Meskipun, pada kondisi yang tertentu, bisa saja kita membangun hubungan dengan cara merusak kepercayaan, misalnya; mengingkari komitmen, tetapi yakinlah hubungan itu tak akan pernah abadi.

Berbohong. Inilah contoh sangat sederhana kebiasaan buruk yang kerap banyak kita jumpai di sekeliling kita. Tak peduli seberapa karat kebohongan yang dilakukan, meskipun kecil, hal itu bisa merusak kepercayaan.

Saya memiliki beberapa pengalaman buruk yang berkaitan dengan kepercayaan. Yang paling banyak dan yang tak pernah akan pudar dari ingatan saya adalah: ketidak-konsistenan  antara perkataan (janji) dengan perbuatan (membayar hutang). 

Sumber foto ilustrasi: Pixabay
Sumber foto ilustrasi: Pixabay
Entah, sudah berapa belas orang telah datang kepada saya sembari membawa sekeranjang kalimat-kalimat mengiba dan puluhan alasan, mereka meminta saya bisa meminjamkan kepada mereka sejumlah uang.

Utang, bagi saya, memang bukanlah perkara sepele. Saya kerap iba, tak tega, dan bahkan merasa bersalah jika mereka datang dan saya tak bisa memberinya hutang. 

Begitu seterusnya, dan seterusnya, sampai belasan kali, sampai saya lupa sudah berapa persis uang saya yang saya pinjamkan kepada orang lain. Nilainya pun tak lagi kecil bagi saya sebab jumlahnya sudah setara dengan harga mobil baru - maaf, saya tidak mempunyai maksud apa-apa...    

Dan, ya, begitulah. Ketika saya bertanya, yang datang adalah alasan. Saya tanya lagi, datang alasan lagi.

Masih saja aku tak habis mengerti kalau aku mengingat-ingat mereka. Dulu, ketika mereka datang, mereka merajuk dan mengiba, dan bahkan beberapa diantaranya datang dengan drama yang disedih-sedihkan. Saya luluh. Dan, lantas terbangunlah kepercayaan. Tetapi, ya itu tadi, mereka lalu merusaknya.

Menbangun kepercayaan itu membutuhkan waktu sangat lama, bertahun-tahun, bahkan mungkin lebih. Tetapi, sialnya, sejumlah orang kadang-kadang tak mementingkannya. Mereka barangkali lupa, kepercayaan yang telah rusak itu (kadang-kadang) tak mungkin akan dibangun kembali.

Dan, saya adalah seseorang yang sulit membangun kepercayaan yang telah dirobohkan..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun