Langkah Pertama: Menyusuri Gerbang dan Wantilan
Kami mulai masuk melalui Candi Bentar, gerbang megah yang terbuka seperti dua tangan yang menyambut. Suara gamelan terdengar samar, bercampur kicau burung dari pepohonan.
Di sisi kanan tampak bangunan tanpa dinding dengan atap ijuk bersusun. "Ini wantilan," jelas Wayan. Pendopo tradisional ini menjadi balai pertemuan dan tempat pementasan gamelan. Bagian lantainya sedikit lebih rendah di tengah---dahulu dipakai untuk sabung ayam, sebuah tradisi lama masyarakat Bali.
Saya tertegun sejenak. Suasana pura, suara gamelan, dan aroma bunga membuat langkah terasa seperti melintasi batas dunia: dari kehidupan sehari-hari menuju ruang sakral.
Sejarah dan Jejak Kerajaan Mengwi.
Perjalanan berlanjut ke sebuah bale beratap ilalang, dihiasi janur dan bunga besar di depannya. Di dalamnya tersusun meja-meja berlapis kain putih dan pajangan foto, menandakan adanya acara budaya. Di luar, pepohonan rimbun meneduhkan suasana.
Sebuah poster besar menarik perhatian saya: Taman Ayun Barong Festival 27--28 September 2025, Regeneration & Superstar. Di dekatnya, poster lain bertuliskan Art Exhibition: Into the Heart of Heritage, berlokasi di Madya Mandala. Wayan lalu menjelaskan, sebuah pura suci di Bali memiliki tiga tingkatan: Nista Mandala, Madya Mandala, dan Utama Mandala.
Menyusuri sisi barat, saya melihat pura utama dengan bangunan meru---menara suci bertingkat---berdiri anggun. Atap-atapnya yang bersusun seolah menggapai langit, menghadirkan pesona yang sulit dilupakan.
Pertunjukan Tari Barong
Rombongan kami diarahkan ke panggung terbuka di dekat Candi Bentar. Kursi-kursi sudah tertata rapi. Tak lama, seorang penari dengan kostum Barong muncul. Bulu dan ornamen emasnya berkilau tertimpa cahaya sore. Gamelan mengiringi setiap gerakannya.