Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kebijakan Fiskal dalam Perspektif Global

24 September 2025   23:04 Diperbarui: 24 September 2025   23:04 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebijakan Fuskal : skrinsyut 

Negara-negara Amerika Latin seperti Kolombia, Brasil, dan Argentina menghadapi masalah klasik: penerimaan pajak rendah, sementara belanja sosial tinggi. Akibatnya, utang publik menumpuk dan inflasi sering tidak terkendali.

Di Kolombia, tax ratio hanya sekitar 13% PDB. Korupsi dan ekonomi informal membuat basis pajak sempit. Padahal belanja sosial besar untuk mengatasi kemiskinan dan konflik bersenjata.

Refleksi untuk Indonesia: kita punya masalah serupa, tax ratio rendah dan ekonomi informal besar. Jika tidak ada reformasi serius, kita bisa jatuh ke jebakan yang sama: fiskal rapuh dan sulit mandiri.

Pelajaran dari Dunia: Tidak Ada Resep Tunggal

Dari contoh di atas, kita bisa simpulkan: tidak ada satu model kebijakan fiskal yang sempurna. Semua tergantung pada konteks sejarah, budaya, dan kepercayaan masyarakat.
*Skandinavia sukses karena kepercayaan publik tinggi.
*Amerika Serikat kuat karena tradisi liberal.
*Jepang maju dengan disiplin, tapi kini terbebani demografi.
*Tiongkok agresif membangun, tapi menanggung risiko utang.
*Amerika Latin berjuang dengan penerimaan pajak yang lemah.

Indonesia harus memilih jalannya sendiri. Tidak cukup hanya meniru, tetapi perlu menyesuaikan dengan realitas sosial-politik kita.

Tantangan Fiskal Indonesia ke Depan

Kalau kita rangkum, ada beberapa tantangan besar yang akan dihadapi Indonesia:
1.Meningkatkan tax ratio Reformasi perpajakan harus konsisten agar penerimaan stabil.
2.Mengendalikan utang Utang boleh dipakai, tapi jangan sampai jadi jebakan.
3.Belanja yang produktif Fokus pada pendidikan, kesehatan, dan riset, bukan hanya infrastruktur fisik.
4.Menghadapi perubahan demografi Bonus demografi harus dimanfaatkan sebelum berubah jadi beban demografi.
5.Krisis iklim Belanja negara ke depan juga harus memperhatikan transisi energi dan mitigasi bencana alam.

Refleksi Mahasiswa: Dari Teori ke Empati

Belajar kebijakan fiskal bukan sekadar menghafal angka defisit atau tax ratio. Intinya adalah empati: bagaimana kebijakan pajak dan belanja memengaruhi kehidupan sehari-hari rakyat.

Kalau pajak dinaikkan, apakah rakyat kecil terbebani? Kalau subsidi dipotong, siapa yang paling terdampak? Kalau utang ditambah, siapa yang akan menanggung di masa depan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun