Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Peci Pamiri Tajik yang Hampir Tertinggal di Suizenji

2 Agustus 2025   15:31 Diperbarui: 2 Agustus 2025   16:48 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya melangkah perlahan menuju area terbuka di bagian ujung taman. Di sana berdiri panggung Noh klasik---panggung kayu beratap, dikelilingi taman yang rapi. 

Panggung Nih: dokpri 
Panggung Nih: dokpri 

Panggung ini digunakan untuk pertunjukan Takigi Noh, yaitu teater Noh yang dimainkan malam hari dengan pencahayaan obor. Walau tidak sedang ada pertunjukan, bayangan yang tercipta dari atap panggung menciptakan suasana magis tersendiri. Noh bukan hanya seni panggung; ia adalah meditasi dalam gerakan lambat dan suara seruling bambu yang menembus jiwa.

Matahari kian menyengat  ketika saya memutuskan untuk keluar dari taman. Sebelum benar-benar pergi, saya membeli Ikinari dango, kue kukus dari tepung terigu, diisi dengan potongan ubi manis dan pasta kacang merah (anko). Teksturnya lembut, manis alami, dan sangat populer sebagai oleh-oleh khas Kumamoto.

Sebutir dango bertabur dengan isi anko terasa hangat dan lezat di mulut. Rasanya seperti penutup yang sempurna dari sebuah pagi yang tenang.

Kimono: dokpri 
Kimono: dokpri 

Dalam perjalanan pulang, saya melihat toko yang menyewakan kimono. Wah asyik juga kalau sempat bisa menyewa sambil jalan jalan di Suizenji.  Saya tidak tahu apakah ada untuk lelaki juga, atau mungkin lebih sederhana menyewa yukata? 

Saya berjalan kaki menyusuri jalan yang tadi saya lalui, melewati rumah-rumah tenang dan parkiran bertingkat yang kini terasa lebih akrab. Trem membawa saya kembali ke Crowne Plaza Kumamoto. 

Setelah check-out, saya melanjutkan perjalanan ke stasiun untuk mengejar kereta shinkansen ke Hakata yang kemudian dilanjut dengan Yufuin no Mori ke Yufuin.

Dalam kereta yang melaju menembus pegunungan Kyushu, saya melihat kembali bayangan taman yang baru saya kunjungi: air yang jernih, jembatan merah, pohon pinus, teh matcha, dan peci Pamir  yang nyaris tertinggal . Semua menyatu menjadi bagian dari kenangan yang akan terus saya bawa---dalam diam, dalam rasa.
Selamat tinggal Kumamoto!

Kalau mau lihat video bisa klik di sini 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun