Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Raden Panji Margono, Oey Eng Kiat, Dan Tan Kee Wie, The Three Musketeers dari Lasem

31 Juli 2025   06:22 Diperbarui: 31 Juli 2025   15:14 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monumen adem. (Dokumentasi Pribadi)

Tapi sejarah bukan tentang "jika". Ia adalah tentang yang telah terjadi: jejak kaki di tanah, darah yang menodai, dan batu-batu yang mendengar teriakan---yang kini tak terdengar.

Ziarah Sunyi dan Harapan yang Tak Mati

Menjelang pergi, saya kembali menoleh. Deretan patung itu seperti sahabat bisu yang menjaga rahasia masa lalu. Lasem bukan sekadar catatan kaki dalam sejarah. Ia adalah halaman yang jarang dibuka di buku-buku pelajaran. Di sinilah orang Tionghoa dan Jawa pernah menyatu dalam hal yang paling luhur: perjuangan.

Kami meninggalkan monumen itu dalam hening. Suara Mas Agik masih terngiang di telinga, begitu pula kisah-kisah yang mengendap di hati. Langkah-langkah para leluhur itu kini hanya bisa kita ikuti dari patung dan batu. Tapi saya percaya: selama masih ada yang menceritakan, kisah mereka belum benar-benar mati.

Penutup: Mengapa Kita Harus Ingat

Monumen Perjuangan Lasem bukan sekadar tugu sejarah. Ia adalah pengingat bahwa dulu, batas etnis bisa dilampaui demi sebuah perjuangan. Bahwa ketidakadilan bisa menyatukan mereka yang sekarang sering dianggap berbeda. Dan bahwa terkadang, pengkhianatan tidak datang dari luar, tapi dari dalam benteng sendiri.

Saya menulis ini untuk merawat ingatan. Mungkin hanya satu suara dari sekian banyak. Tapi saya yakin: jika cukup banyak dari kita menulis, berkunjung, dan mengenang, maka Lasem tidak akan pernah benar-benar hilang dari peta perjuangan bangsa.

Setelah menyerap kisah heroik "Three Musketeers dari Lasem"---Raden Panji Margono, Oey Ing Kiat, dan Tan Kee Wie---kami pun bersiap menjelajah klenteng Cu An Kiong. Lasem masih menyimpan banyak cerita yang penuh kejutan yang nikmat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun