Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Hancurnya Prestasi Bulu Tangkis Kita, Siapa Perduli?

19 Juli 2025   10:23 Diperbarui: 19 Juli 2025   10:23 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rudi Hartono : skrinsyut 

Japan Open 2025 telah berjalan hingga babak semifinal. Namun dari daftar empat besar di lima sektor, tak ada satu pun bendera merah putih. Indonesia absen sepenuhnya. Tak ada ganda putra, tak ada tunggal putri. Tak ada pasangan muda penuh harapan yang menembus babak genting.

Dulu, kekosongan seperti ini dianggap aib. Kini? Ia datang seperti angin lalu. Diterima dengan pasrah, disapu dengan kata-kata: "proses regenerasi", "evaluasi ke depan", "masih adaptasi".
Tapi sampai kapan?

Dulu, Kita Raja Bulu Tangkis
Indonesia pernah disegani dunia. Di era 1950 dan 1960-an, Tan Joe Hok menjadi ikon pertama kita di All England, ajang paling prestisius sebelum Olimpiade hadir untuk bulu tangkis. Ia bukan hanya juara, tapi juga simbol bangsa yang baru berdiri, ingin diakui.

Lalu datang Rudy Hartono, delapan kali juara All England, nama yang membuat penonton Eropa berdiri dan bertepuk tangan hanya karena kehadirannya. Gaya bermainnya anggun, tapi mematikan. Ia bukan hanya mengayun raket---ia menyulam kebanggaan.
Kemudian ada Liem Swie King, legenda jumping smash yang memopulerkan gaya agresif dan atletis. Juga Tjun Tjun dan Johan Wahjudi, pasangan ganda yang hampir tak terkalahkan, membawa Indonesia mendominasi Piala Thomas.

Mereka semua berlatih di era yang serba terbatas, tapi dengan mentalitas tak terbatas. Dididik oleh pelatih legendaris seperti Tong Sin Fu, mereka berjuang tanpa glamor, tanpa rangkap jabatan di kepengurusan, tanpa sponsor besar-besaran.
Yang mereka miliki hanyalah satu hal: komitmen penuh.
Susi Susanti dan Makna Sebuah Emas
Lalu datang tahun 1992. Barcelona. Olimpiade pertama yang mengikutsertakan bulu tangkis sebagai cabang resmi. Di tengah persaingan ketat, satu nama dari Indonesia melaju ke puncak: Susi Susanti.

Ia menang. Ia membawa pulang emas Olimpiade pertama dalam sejarah Indonesia. Sebuah momen yang menggetarkan jutaan orang, membuat lagu Indonesia Raya berkumandang pertama kali di panggung olahraga terbesar dunia.
Susi tak hanya memberi emas. Ia memberi harapan. Ia membuat kita percaya bahwa Indonesia bisa berdiri di garis terdepan dunia. Di pundaknya waktu itu, bukan hanya raket, tapi juga kehormatan bangsa.

Dan semua itu lahir dari sistem pembinaan yang jelas, dari pelatih yang berdedikasi, dan dari federasi yang bekerja fokus. PBSI saat itu bukan tempat berlatih rangkap jabatan atau posisi politik. Ia rumah bagi prestasi.

Sekarang, Kursi Lebih Banyak dari Medali
Sayangnya, kini kondisi sudah berubah. Kita tidak kekurangan atlet. Tapi pengurusnya? Justru berlimpah. Banyak yang duduk di kursi PBSI juga duduk di jabatan lain---baik di partai, di DPR, di BUMN, bahkan di lembaga keuangan.

Tentu semua sah secara hukum. Tapi yang jadi soal adalah waktu dan perhatian. Atlet bisa gagal karena salah strategi. Tapi federasi gagal karena salah fokus.
Ketika Ketua Umum sibuk membagi waktu antara urusan politik dan urusan prestasi, ketika pengurus cabang lebih sering tampil dalam forum-forum formal ketimbang duduk bersama pelatih menyusun program jangka panjang, maka jangan heran jika semifinal pun jadi mimpi jauh.

Olahraga tidak bisa dikerjakan sambil lalu. Ia butuh totalitas. Sama seperti Rudi, King, Susi, dan Alan yang berlatih habis-habisan, pengurusnya pun harus punya semangat yang sama.
Bangkit, Tapi Jangan Sekadar Wacana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun