Dalam perjalanan saya mengunjungi masjid masjid di pelosok dunia ada, beberapa masjid biru yang sangat terkenal seperti Masjid Sultan Ahmet di Istanbul, Masjid Biru di Yerevan, Masjid Imam Ali di Hamburg , namun siapa sangka di Nagasaki saya juga akan bertemu masjid biru yang lain.
Siang menjelang sore, kami baru saja menyelesaikan kunjungan ke Dejima, pulau kecil buatan yang pernah menjadi pangkalan VOC dan satu-satunya pintu masuk bangsa asing ke Jepang selama berabad-abad. Setelah menghirup jejak masa lalu yang dipenuhi tembok pemisah dan jendela sempit ke dunia luar, kami kembali naik Nagasaki Electric Tramway --- atau Nagasaki Dentetsu, trem listrik yang setia menyusuri jantung kota. Tiket One Day Pass kami masih berlaku, dan kali ini tujuan kami adalah tempat yang jauh lebih sunyi: sebuah masjid di utara kota.
Kami turun di halte Nagasaki University Hospital (). Nagasaki Daigaku Byin Mae, lalu berjalan kaki melewati satu-dua blok dan sempat melihat Kantor Pos Nagasaki Kita di seberang jalan. Tapi karena ingin segera ke masjid, kami hanya mencatatnya dalam ingatan, untuk mungkin kembali nanti.
Dari simpang jalan, kami belok kiri dan hanya beberapa langkah kemudian, di sebelah kiri jalan yang lumayan ramai , tampaklah bangunan yang kami cari: Nagasaki Central Mosque --- atau dalam bahasa Arabnya Al-Masjid al-Markaz ( ), dan dalam ejaan Jepang disebut (Nagasaki Sentoraru Mosuku). Ini dapat saya baca pada papan nama yang ada di atas pintu utama masjid.
Gedung Sederhana dengan Wajah Unik
Untuk melihat bangunan ini secara utuh saya harus menyebrang jalan dna kemudian bisa membuat foto lengkap seluruh bangunan yang dari empat seperempat lantai ini.
Singkatnya, Masjid ini menempati sebuah bangunan empat lantai berwarna biru langit yang cerah. Tidak ada kubah, tidak ada menara. Namun, di lantai dua fasad depannya, terdapat lukisan kubah hijau, seolah ingin menandai bahwa ini rumah Allah, meski tampilannya seperti kantor atau ruko biasa. Di lantai atas, tepat di lantai empat, juga ada lukisan-lukisan relung jendela bergaya Timur Tengah, mirip jendela masjid-masjid di Timur Tengah atau bahkan seperti interior pesawat Air India yang dulu mampir ke bandara Soekarno-Hatta.
Strukturnya unik --- di puncak gedung terdapat semacam "rumah kecil" yang hanya menempati seperempat luas atap. Mungkin ruang imam, kantor masjid atau tempat tinggal marbot? Kami hanya bisa menebak.