Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengenal Batik Tiga Negeri di Batik Lumintu, Lasem

14 Juli 2025   12:40 Diperbarui: 14 Juli 2025   12:40 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para pembatik : dokpri 
Para pembatik : dokpri 

Di sisi teras, di bangunan samping rumah, tiga orang pembatik tengah sibuk bekerja dengan canting dan malam. Mereka duduk di dingklik kecil, dikelilingi kerupuk dalam plastik, botol air mineral, dan tabung gas pemanas malam. Ketika saya menyapa, mereka membalas dengan ramah dan menjelaskan bahwa mereka sedang mengerjakan tahapan berikut:
Ngelowong: membuat garis besar motif batik di atas kain menggunakan canting dan malam.

Ngiseni: mengisi bagian dalam motif dengan detail dan ornamen halus.

Nembok: menutup bagian-bagian tertentu dengan malam sebelum proses pewarnaan agar tetap berwarna asli.

"Yang daster hijau Mbah Timah, kaos kuning Mbah Wakini, dan kaos putih Bu Sum," jelas Mbak Tasya saat saya tanya siapa mereka.
Mbak Tasya sendiri bukan pegawai tetap. Ia biasa dipanggil bila ada tamu atau proses produksi tertentu, seperti memola---yakni menjiplak motif dari kertas ke kain---atau menyolet, yaitu mewarnai batik dengan kuas. Ia mengenal Mbak Eka sejak awal pandemi sekitar tahun 2020, saat menjahitkan kain batik. Sejak saat itu hubungan keduanya terjalin erat, seperti teman dekat bahkan saudara.

Menjaga Rumah, Menjaga Ingatan
Sebelum meninggalkan rumah itu, saya kembali menatap langit-langit. Di sana, kuda-kuda rumah masih kokoh menopang waktu. Di kiri: gajah dan kura-kura. Di kanan: bangau dan rusa. Mungkin itu bukan hanya ukiran, melainkan simbol daya tahan dan kebebasan.
Seperti batik itu sendiri---hidup bukan karena disimpan, tetapi karena dikerjakan, digunakan, dan dicintai.
Kami pun melangkah keluar dari rumah itu. Sebagian membawa selembar kain, sebagian membawa pesanan seperti saya. Tapi yang pasti, semua dari kami pulang dengan pengenalan baru akan Batik Lasem---warisan yang sarat makna dan akulturasi, yang kini hidup kembali melalui tangan-tangan sabar dan ruang yang dijaga dengan cinta.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun