Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Membaca Sengkalan Memet di Masjid Paling Tua di Kudus

3 Juli 2025   09:33 Diperbarui: 3 Juli 2025   11:36 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Langgar Dalem: dokpri 

Arsitektur Langgam Majapahit di Tengah Kudus
Dari halaman, tampak jelas bahwa masjid ini memiliki unsur arsitektur Majapahit yang kuat. Pintu masuk utamanya berbentuk paduraksa---gapura beratap yang biasa ditemukan di pura atau candi Hindu. Di sisi dinding terlihat relief batu putih berbentuk sulur dan makhluk mitologis khas zaman klasik Jawa Timur.
Namun yang membuatnya istimewa, seluruh elemen itu digunakan untuk bangunan masjid. Tidak ada kesan sinkretik yang mencolok. Justru semua harmoni: bentuk lokal, fungsi Islami, makna yang dalam.
Atap masjid bersusun tiga seperti limasan, tanpa kubah, tanpa ornamen Timur Tengah. Di puncaknya terdapat mestaka yang mirip mahkota. Inilah ciri khas masjid Jawa awal: Islam hadir tanpa harus menghapus bentuk lama. Ia justru bersemayam dalam tradisi, menyusup perlahan, dan mengakar dalam kesadaran lokal.

Masjid Tanpa Nama Besar, Tapi Penuh Arti
Langgar Dalem mungkin tak sefamiliar Menara Kudus, tak semegah masjid agung lainnya. Tapi tempat ini menawarkan sesuatu yang tak bisa diberikan oleh bangunan megah: keheningan yang jujur, kesederhanaan yang sarat makna, dan sejarah yang ditulis bukan dengan tinta, tapi dengan batu dan doa.
Masjid ini tidak memiliki banyak foto di Instagram. Tidak banyak disebut di media wisata. Tapi bagi mereka yang mau berjalan kaki sedikit keluar dari rute turis, Langgar Dalem adalah oase. Tempat untuk berhenti, merenung, dan menyadari bahwa sejarah besar sering kali bersembunyi di balik pintu kayu tua yang nyaris tak diketuk.

Penutup: Menyimak Zaman Lewat Relief
Ziarah kecil ini ditutup dengan diam. Kami tidak banyak bicara saat meninggalkan halaman masjid. Langit Kudus mulai sedikit mendung. Tapi dalam hati, seolah ada cahaya yang menyala. Cahaya dari sebuah batu tua di lantai masjid, yang dalam diamnya menyimpan angka 863 H---bukan untuk dibaca cepat-cepat, tapi untuk direnungkan dalam-dalam.
Langgar Dalem bukan hanya soal arsitektur atau usia bangunan. Ia adalah cara para wali meninggalkan jejak, bukan lewat kekuasaan atau perang, tapi lewat ukiran, kayu, dan kesabaran. Dan seperti relief di ambang pintu itu, mereka menanamkan pesan: bahwa agama bisa datang dengan lembut, lewat simbol-simbol yang kita kenal, untuk mengajak kita kembali pada yang Maha Kekal.

Jika Anda ke Kudus, sempatkan waktu. Jalan kaki saja dari Menara Kudus, belok sedikit ke barat laut. Cari gang kecil itu. Ketuk pintunya. Dan lihatlah sendiri tahun yang ditulis dalam batu.

Catatan: Artikel ini ditulis berdasarkan pengalaman ziarah bersama Mas Pur dan penjelasan langsung dari penjaga Masjid Langgar Dalem, serta referensi dari papan informasi Cagar Budaya di lokasi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun