Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Patung Bull & Bear, Lambang Kapitalisme di Bursa Frankfurt

15 Juni 2025   05:40 Diperbarui: 15 Juni 2025   05:40 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun suasana yang sepi dan cuaca yang agak dingin di alam terbuka membuat saya tidak betah berlama-lama di taman ini.  
Akhirnya saya kembali ke stasiun Westend yang sepi dan kembali naik U Bahn U6, kali ini ke arah sebaliknya yaitu Oost Bahnhof.
Hanya naik satu stasiun saya kemudian turun di stasiun Alteoper.

Alteoper: dokpri 
Alteoper: dokpri 

Begitu naik  ke permukaan, saya langsung disambut suasana yang lapang dan tenang. Di tengah alun-alun yang luas, berdiri megah gedung konser tua dengan arsitektur neoklasik yang menawan: itulah Alte Oper, atau "Gedung Opera Lama".

Alte Oper: Keindahan Musik yang Bangkit dari Reruntuhan
Bangunan ini bukan sembarang gedung konser. Alte Oper dibangun pertama kali pada 1880, dan saat itu dianggap sebagai salah satu gedung opera terindah di Eropa. Dirancang oleh arsitek terkenal Richard Lucae, bangunan ini menjadi simbol kejayaan musik klasik Jerman. Namun perang menghancurkannya. Pada tahun 1944, Alte Oper luluh lantak dihantam bom sekutu dalam Perang Dunia II. Yang tersisa hanyalah rangka dan puing.
Warga Frankfurt sempat menjuluki reruntuhan itu sebagai "kecantikan yang hancur". Namun, pada tahun 1970-an, masyarakat dan pemerintah kota memutuskan untuk membangunnya kembali. Dan pada tahun 1981, Alte Oper diresmikan kembali sebagai gedung konser modern dengan fasad asli yang direstorasi dengan teliti sehingga sangat mirip dengan gedung asli sebelum runtuh kena bom. Kini gedung ini menjadi tuan rumah berbagai konser musik klasik, jazz, dan kadang-kadang orkestra kontemporer.

Alteoper: dokpri 
Alteoper: dokpri 

Saya berdiri lama di depan bangunan itu, memperhatikan ukiran-ukiran di puncaknya, patung-patung musisi dan dewa musik, serta tulisan besar di bagian tengah: "Dem Wahren Schnen Guten" --- Untuk Yang Benar, Yang Indah, dan Yang Baik. Sebuah dedikasi abadi bagi seni.
Air mancur bundar memercik pelan di depannya. Beberapa orang duduk santai, pasangan muda bermain dengan anjing mereka, dan seorang pemain biola jalanan memainkan lagu dari Mozart. Saya hanya berdiri dan menikmati suasana. Tidak tergesa-gesa, tidak pula terlalu berpikir. Kota ini mengajak saya untuk berjalan perlahan, dan saya menurut saja.

Menara: dokpri 
Menara: dokpri 

Saya kemudian berjalan santai menyusuri Hochstrasse dan sekitar sepuluh atau lima belas menit kemudian sampai ke  sebuah menara yang bernama Eschenheimer Turm: Ini adalah salah satu menara abad pertengahan yang masih bertahan di Frankfurt. Dibangun sekitar tahun 1400-an, menara ini dulunya merupakan bagian dari sistem pertahanan kota. Saat ini menjadi landmark ikonik, dikelilingi gedung-gedung modern.

Setelah puas menikmati suasana di sekitar,  saya kembali ke stasiun Eschenheimer  Tor dan kembali naik U-Bahn , kali ini memilih rute U 1 dengan tujuan Sudbahnhof dan turun di kawasan Sachsenhusen.  Saya melintasi stasiun-stasiun yang namanya belum akrab, memperhatikan penumpang yang ramai.

Pemandangan kota: dokpri 
Pemandangan kota: dokpri 

Dengan santai saya menikmati suasana kota Frankfurt dan akhirnya tiba di Otto-Han Platz. Di sini ada Taman kecil yang tenang, lengkap dengan kursi tempat istirahat.
Tidak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 Walking tour dijadwalkan mulai pukul 13.00, karena itu  saya merasa sudah cukup jalan-jalan  dan ingin cepat ke tempat berkumpul . Kali ini saya mencoba naik S-Bahn untuk menuju  ke arah Bursa Frankfurt---Frankfurter Wertpapierbrse---titik kumpul yang disebutkan dalam e-mail konfirmasi tur. Saya berjalan dan menemukan halte trem dan kemudian naik trem 16. Namun saya sempat naik trem yang salah arah sehingga malah menjauh ke arah Pffenbach, sementara seharusnya saya menuju ke Haupt Bahnhof untuk pindah naik U Bahn ke Haupt wache.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun