Tapi senjan sekarang ini tak ada kapal. Hanya cahaya matahari terakhir yang menyentuh ujung menara. Dan dari tempat saya berdiri, bangunan itu tampak seperti puisi pahatan---hening, kokoh, dan bijak.
Saya berjalan perlahan menyusuri pagar luar, lalu menyebrang ke arah halte trem. Hari belum gelap, dan udara masih menyimpan hangat matahari. Maka saya putuskan untuk naik trem satu kali lagi, menuju Menara Belm.
Trem kuning 15 datang, dan saya naik dengan tenang. Perjalanan singkat, hanya beberapa menit, tapi cukup untuk mengalihkan suasana dari renungan menjadi rasa ingin tahu lagi. Menara Belem berdiri di tepi sungai, seolah menatap laut lepas dan menunggu kapal yang tak kunjung kembali. Di sinilah dulu kapal-kapal ekspedisi Portugis berangkat---penuh semangat, penuh doa. Barangkali biara dan menara ini seperti dua tangan: satu berdoa, satu menunjuk arah.
Saya duduk di tangga batu di sisi menara, melihat matahari benar-benar turun ke balik cakrawala. Air sungai memantulkan cahaya jingga yang perlahan berubah biru keunguan. Di belakang saya, beberapa anak muda bermain gitar. Seorang ibu mendorong stroller sambil menelpon, dan turis-turis mulai pulang. Tapi saya tinggal sebentar lagi, mencoba menyerap apa pun yang masih bisa diserap.
Mungkin ini yang disebut kebetulan yang sempurna. Saya tidak masuk ke dalam Mosteiro dos Jeronimos, tidak menyentuh dinding-dinding batunya, tidak berdiri di depan makam para tokoh itu. Tapi saya merasa lebih dekat dengan mereka. Karena sore ini, dengan trem yang gemetar, cahaya yang pelan, dan sejarah yang datang melalui celah waktu, saya merasa sudah masuk ke dalam. Bukan ke dalam bangunan, tapi ke dalam kisahnya.
Dan kisah ini, seperti trem kuning yang terus bergerak di jalurnya, akan saya ingat sebagai perjalanan yang tak tuntas---tapi justru karena itu, terasa lengkap.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI