Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Luna yang Dipuja dan Dicerca

2 Mei 2025   17:59 Diperbarui: 2 Mei 2025   17:59 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulan purnama: ilustrasi 

Siapa yang pernah menatap bulan purnama terlalu lama hingga merasa hatinya bergelombang seperti laut pasang? Siapa yang menyalahkan bulan atas kelabilan emosi, keanehan tingkah, bahkan kegilaan yang kadang tak bisa dijelaskan? Tunggu dulu. Ternyata bukan hanya kamu. Sejarah pun pernah menuding sang bulan sebagai biang keladi kegilaan.

Mari kita mulai dari awal---dari kata "Luna", yang terdengar manis dan lembut. Dalam bahasa Latin, Luna adalah nama sang Dewi Bulan. Orang Romawi kuno menyembah Luna sebagai dewi malam yang bercahaya, mengendarai kereta perak di langit. Luna adalah versi Romawi dari dewi Yunani Selene, yang juga punya saudara matahari bernama Helios. Sebagaimana Helios membawa siang, Selene (dan kemudian Luna) membawa malam dengan aura misterius dan romantis.

Namun keindahan bulan ternyata menyimpan efek samping. Bulan, terutama saat purnama, dianggap punya kekuatan misterius yang memengaruhi perilaku manusia. Muncullah kata lain yang berasal dari akar yang sama: "lunatic".

Ya, "lunatic" adalah kata dalam bahasa Inggris kuno yang berarti orang gila, dan secara harfiah merujuk pada orang yang jadi gila karena pengaruh bulan. Kata ini berasal dari bahasa Latin lunaticus, yang berarti "moody" atau "kacau karena bulan". Bahkan dalam King James Bible (1611), istilah "lunatick" digunakan dalam Matius 17:15, menggambarkan seorang anak lelaki yang sering "jatuh ke dalam api dan air"---seolah digerakkan oleh kekuatan tak terlihat. Salah satunya? Tentu saja: bulan.

Kenapa bulan disalahkan?
Dari zaman dahulu, banyak budaya mengaitkan siklus bulan dengan perubahan emosi, bahkan gangguan mental. Seorang filsuf Romawi bernama Pliny the Elder pernah menulis bahwa otak adalah bagian tubuh manusia yang paling lembab, dan karena bulan mengontrol pasang surut laut (yang juga cairan), maka bulan juga bisa memengaruhi isi kepala manusia.

Logika zaman itu sederhana: jika air laut bisa ditarik oleh bulan, maka cairan tubuh manusia juga bisa. Maka jika kamu gelisah saat purnama, menangis di pojokan kamar, atau merasa galau tanpa sebab, bisa jadi kamu sedang "ditarik" bulan.

Kalau sekarang kedengarannya konyol, dulu ini dianggap sains. Bahkan sampai abad ke-18, istilah "lunacy" masih digunakan dalam hukum di Inggris untuk menyebut orang yang kehilangan akal karena fase bulan.

Bulan dan emosi: benarkah ada hubungan ilmiahnya?
Secara ilmiah, klaim bahwa bulan purnama menyebabkan kegilaan belum terbukti. Studi modern menunjukkan tidak ada korelasi signifikan antara fase bulan dan gangguan mental. Tapi... pesona bulan tetap tak bisa diabaikan. Psikolog bahkan menyebut efek "self-fulfilling prophecy"---karena kita percaya bulan bisa membuat orang bertingkah aneh, kita jadi lebih aware terhadap kelakuan aneh saat purnama.

Dan, hei, dalam budaya pop, bulan tetap punya citra magis: dari manusia serigala, penyihir, hingga tokoh Sailor Moon yang "berubah" saat bulan purnama. Semua kembali pada mitos lama yang terus hidup dalam imajinasi kita.

Luna juga dirayakan: Lunar New Year dan penanggalan bulan
Selain dianggap memengaruhi emosi dan gelombang laut, bulan juga menjadi pusat penanggalan dalam banyak budaya kuno---terutama di Asia Timur. Kalender lunar, atau kalender berdasarkan siklus bulan, digunakan oleh masyarakat Tionghoa untuk menentukan waktu perayaan penting seperti Imlek alias Lunar New Year.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun