"Pusat perbelanjaan bukan sekadar tempat tawar-menawar harga, tetapi etalase zaman---di sinilah kita bisa membaca naskah sejarah lewat kaca dan gemerlap lampu."
Beberapa tahun terakhir, saya berkelana menyusuri bekas kota-kota Uni Soviet, bukan untuk mengejar promosi toko atau diskon akhir musim, melainkan untuk menapak tilas jejak department store legendaris: GUM dan TsUM. Dari megahnya GUM Moskwa hingga sudut-sudut TsUM di Almaty, Dushanbe, dan Yerevan, setiap lorong membawa cerita tentang wacana "kesetaraan" yang pernah dirancang---dan bagaimana kini ia beradaptasi di era mall modern.
1. GUM Moskwa: Sang 'Utama' di Lapangan Merah
Langkah pertama saya jatuh di ujung timur Lapangan Merah, di bawah atap kaca tiga lantai GUM. Gedung berarsitektur neo-Rusia ini dulu menjadi pusat distribusi kaum pekerja Soviet: dengan kupon, mereka mengantri panjang demi sepotong roti, sepenggal kain. Kini, lorongnya dipenuhi butik Prada dan sangkar-kaca perhiasan Cartier, masih dengan lantai ubin hitam putih yang sama. Di sinilah saya merasakan paradoks: tempat yang pernah dihiasi antrean rakyat jelata kini menjadi panggung kemewahan global---namun jiwa "toko utama" itu tak pernah pudar.
2. TsUM Minsk: Monumen Modernisme di Jantung Belarus
Belarus atau Byelorusia alias Rusia Putih merupakan negeri eks Soviet yang paling mirip Rusia. Bahkan kalau kita mendapatkan visa Rusia, bisa sekaligus ke Byelorusia. Alias perjalanan itu dianggap domestik.
Di Minsk, saya menuju Nezavisimosti Avenue, pilar-pilar beton TsUM menyambut dengan sunyi megah. Di dalam, lift tua berderit membawa pengunjung ke lantai dua, di mana kios-kios menjual mantel bulu sintetis dan handuk katun bermotif tradisional Belarus. Tidak ada etalase mewah, tapi aura Soviet modernis masih kental---seolah barang-barang itu menjadi perpanjangan janji "persamaan hak" yang dulu digaungkan. Di sini pula saya sempat membeli beberapa boneka kecil khas Belarus dan juga magnet kulkas. Oh yah di sini pula nama mata uang tetap tidak berubah, yaitu Ruble.
3. Riga: Ketika 'TsUM' Berganti Wajah
Di Riga, saya berdiri di depan bangunan era Soviet yang dulu disebut TsUM, kini telah menjadi Galerija Centrs. Jendela kaca besar memantulkan cahaya matahari Baltik, sementara di dalamnya mal modern berjejalan merek Eropa. Penduduk setempat bercerita bahwa setelah merdeka, Latvia memilih menyingkirkan jejak Soviet---hingga nama pun diubah. Saya meresapi bagaimana dinding-dinding kota ini melepaskan nostalgia, menggantinya dengan optimisme baru. Negara Baltik ini memang yang paling awal memisahkan diri dari Soviet dan kini bergabung dengan Uni Eropa.
4. Baku: TsUM dengan Sentuhan Oriental
Menjejak di Nizami Street, Baku, saya menemukan TsUM berhiaskan ornamen Islamik. Lengkung-lengkungnya mengingatkan pada masjid, dan lampu-lampu kristal kecil berkelip di langit-langit. Pada masa Soviet, toko ini menjadi pertemuan antara ideologi komunisme dan budaya lokal. Kini, setelah direnovasi, ia menjual parfum Dubai dan hijab bermerek, membuktikan kemampuan arsitektur Soviet untuk menyerap gaya setempat.
5. Tbilisi: TsUM yang Bertransformasi
Rustaveli Avenue menyambut saya dengan alunan gitar Georgia di meja-meja kafe---dan bekas gedung TsUM yang kini menjadi Galleria Tbilisi. Lorong-lorongnya lebih lapang, lembar-lembar mural menampilkan seniman kontemporer. TsUM Tbilisi tak hilang, ia hanya berganti kulit: dari simbol negara tunggal menjadi ruang kreatif kolektif. Saya melewati etalase pameran buku independen, menandai bahwa mall bisa jadi galeri budaya. Oh yah, Rustavelli Avenue ini lah yang sempat saya juluki Malioboro dari Tblisi.
6. Kazan: TsUM dan Bayang-Bayang Kremlin
Di Kazan, tak jauh dari benteng Kremlin berlapis bata putih, berdiri TsUM dengan gaya Soviet klasik---sederhana, fungsional. Saya masuk dan mencium aroma karpet tua, suara kasir yang memanggil nomor antrean. Di lantai atas, kios-kios elektronik menyajikan TV tusuk lama. Turis terbatas, kebanyakan warga lokal yang ingin mengenang masa kecil. TsUM di sini tidak kelihatan bersaing dengan mall mewah; ia tetap bertahan sebagai saksi bisu cerita zaman dulu.
Kazan adalah ibukota republik Tatarstan. Punya presiden sendiri dengan sentuhan Islam yang khas, namun masih menjadi bagian Federasi Rusia.